Pegunungan seribu di wilayah Kabupaten Wonogiri ternyata banyak sekali menyimpan keindahan pesona alam yang sarat dengan nuansa mistis, banyak sekali , pesona alam wisata spiritual yang sampai sekarang masih belum dibuka sebagai aset pariwisata daerah. Selain tempat- tempat petilasan sejarah masa keheroikan perjuangan Pangeran Samber Nyawa yang banyak tersebar di pegunungan wonogiri, di tempat ini juga banyak sekali ditemukan air terjun alami.
Kebanyakan air terjun ini berada di dalam hutan pegunungan yang letaknya sulit untuk dijangkau, bahkan dengan jalan kaki sekalipun. Mereka yang pertama kali menemukan pesona wisata alami ini kebanyakan para pencari kayu bakar yang keseharianya bekerja sebagai pencari rambahan kayu kering di dalam hutan. Salah satu penemuan air terjun ini terjadi beberapa waktu yang lalu. “Beberapa bulan ini warga Melati menemukan rangkaian air terjun di lereng gunung Margoboyo yang berjumlah tujuh air terjun, meski sebenarnya penemuan itu telah diketahui oleh sebagian masyarakat setempat sejak puluhan tahun yang silam, namun masyarakat sekitar sini enggan untuk mengenalkan keindahan alam yang sarat dengan nuansa mistis ini ke umum..” tandas Supardi.
Salah satu air terjun yang baru-baru ini ditemukan oleh warga Dusun Melati, Desa Keloran Selogiri, Wonogiri acialah Air terjun Kedung Turuk. Lantas kenapa air terjun tersebut dinamai oleh masyarkat sekitar dengan nama air terjun Kedung Turuk? Maaf,.. lstilah Kedung Turuk dalam bahasa Jawa sebenarnya sebuah kata yang saru (tabu), karena kosa kata tersebut memiliki makna yang berarti sumber air dari kelamin wanita. “Penyebutan atau nama air terjun tersebut di ambil dari bentuk air terjun itu sendiri, air terjun ini berada di atas ketinggian puncak Gunung Margoboyo. Air yang mengalir ke bawah Kedung diapit oleh dua buah batu beisar kira-kira setinggi 2 meter, kedua batu tersebut menyerupai bentuk alat kelamin wanita yang ‘memancurkan airdari aliran air di atas puncak gunung,“ ujar Supardi (40), salah satu tokoh pemuda Desa Keloran.
Perjalanan untuk mencapai ke air terjun ini memang lumayan cukup sulit, dari pasar kota Kecamatan Selogiri perjaianan harus ditempuh lagi selama 30 menit menyusuri perkampungan desa yang berada di lembah pegunungan dengan jalan yang berkelok kelok dari satu desa ke desa iainya, meski jalan yang di lewati sudah lumayan aspal, namun banyaknya tikungan membuat siapa saja yang baru pertama kali ingin mengunjungi tempat ini harus ekstra sering bertanya kepada masyarakat sekitar agar tak tersesat. Setelah mencapai jalan terakhir diujung desa, kendaraan roda dua harusdititipkan di rumah salah seorang warga setempat yang kemudian dilanjutkan dengan jalan kaki menyusuri persawahan, lalu mendaki gunung Margoboyo. Rumah terakhir yang biasa digunakan sebagai tempat penitipan sepeda motor adalah rumah Supardi, salah satu warga setempat yang ikut berperan menemukan air terjun Kedung Turuk di gunung Margoboyo. “Air terjun di Gunung Margoboyo dibuka oleh masyarakat Desa Keloran baru beberapa bulan yang lalu, meski sebenarnya air terjun tersebut telah diketahui oleh sebagian warga desa puluhan tahun yang silam. Tetapi karena keberadaannya yang ada di atas gunung dan sangat sulit medannya, masyarakat enggan ke sana,” kata Supardi, tokoh pemuda desa setempat.
Lebih lanjut Supardi menceritakan, selain itu air terjun tersebut juga dianggap masih sangat angker oleh masyarakat sekitar. Beberapa saat setelah ada kesepakatan warga melalui proses musyawarah, warga kemudian bergotong royong membuat akses jalan naik ke atas puncak gunung. dengan harapan agar tempat tersebut mampu menjadi aset pariwisata Desa Keloran,” ujar Supardi, bapak satu anak ini. Lebih lanjut dirinya menceritakan, air terjun Kedung Turuk sebenarnya nama salah satu rangkaian air terjun yang bermuara di puncak Gunung Margoboyo.
Air terjun yang ada di sepanjang lereng Gunung Margoboyo hingga ke puncak sebenarnya berjumlah lebih dari sepuluhair terjun, namun yang sudah dibuatkan akses jalan oleh warga setempat menuju ke grojogan baru berjumlah tujuh.. Ketujuh air terjun tersebut dari bawah adalah Banyu anjlok, Kedung Dandang, Kedung Bunder, Kedung Turuk, Jurang gandil, Kedung Ringin, dan yang ketujuh Kedung Padusan. Dari seluruh rangkaian air terjun ini dari satu tempat ke tempat yang lainya memakan waktu paling tidak 10 menit sampai dengan 15 menit dengan jalan menanjak dan licin. Nama nama yang menjadi pertanda air terjun ini di ambil dari wujud alam yang membentuk ke tujuh air terjun tersebut, di antaranya Banyu Anjlok, nama ini di berikan oleh masyarakat setempat dikarenakan air yang mengalir ke bawah sangat curam bentuknya seperti sesuatu yang jatuh kebawah (anjlok).
Kedung Dandang, air terjun ini di sisi kiri dan kanannya adalah tebing- tebing yang menyerupai bentuk dandang (periuk nasi), untuk itulah air terjun ini dinamai Kedung Dandang. Kedung Bunder, bentuk alamidasar kolam yang menampung air terjun dari atas tebing bentuknya bulat, seperti sebuah kolam keputren kerajaan. Dan Kedung Turuk yang menyerupai bentuk kelamin wanita bebatuannya. Keempat air terjun ini kini lebih mudah dijangkau setelah akses jalan setapak dibuat oleh masyarakat sekitar.
Dari ke empat air terjun ini untuk bisa menuju ketiganya lagi diperlukan perjalanan mendaki gunung Margoboyo kurang lebih setengah jam. Jurang Gandil, nama yang diambil untuk air terjun yang kelima ini dikarenakan wujud bebatuannya berundak sehingga air yang mengalir dari atas puncak ke bawah tidak begitu deras.
Kemudian yang ke enam adalah Kedung Ringin, air terjun ini biasanya terlewati oleh orang orang, dikarenakan tempatnya sedikit tertutup oleh rimbunnya dedaunan. Dari air terjun yang ke lima biasanya mereka langsung menuju air terjun yang ke tujuh. Seperti dengan namanya, air terjun Kedung Ringin di tengah tengah aliranairnya terdapat sebuah pohon beringin yang sangat besar yang membendung aliran air terjun, di tempat inilah yang dianggap paling keramat dan angker dari ketujuh airterjun di Margoboyo.
Sedangkan yang ketujuh adalah Kedung Padusan. Nama ini diambil oleh masyarakat sekitar karena Kedung Padusan konon menjadi salah satu tempat pemandian seorang putri yang sangat cantik sekali yang bernama Dewi Telasih. “Sampai sekarang Dewi Telasih dianggap masih hidup dan menjadi penunggu gaib seluruh air terjun di gunung Margoboyo,” cerita Supardi. Ditambahkan Supardi, beberapa air terjun lainya belum bisa di buatkan akses jalan, karena berada di sebuah tebing yang sangat curam. Sedangkan asal air yang mengalir di sepanjang aliran air terjun ini bersumber dari mata air yang berada di puncak Margoboyo. “Empat jam lebih perjalanan sampai ke sumber mata air yang berada di atas puncak, dengan jalan yang sangat menanjak serta jurang yang sangat curam,” ungkap Supardi. Hal ini pernah dialami oleh beberapa warga termasuk Supardi yang beramai-ramai mendaki Puncak Margoboyo karena mencari sumber mata air terjun.
Menurut cerita turun temurun masyarakat sekitar, sumber mata air yang keluar dari atas puncak Margoboyo dahulu kala sangat deras sekali airnya, masyarakat desa kala itu sangat kebingungan dengan arus air yang sangat besar mengalir menuju ke desa mereka. Tiap musim penghujan arus yang bersumber di atas puncak bersamaan dengan hujan mampu membuat masyarakat yang berada di bawah Gunung Margoboyo kebanjiran. Oleh para tetua desa, akhirnya sumber mata air tersebut di sumbat oleh seorang tokoh paranormal yang sangat sakti dengan menggunakan ijuk dan sesaji kambing kendit, yang akhirnya mampu mengurangi debit air yang keluar dari sumber mata air. Seiring dengan perjalanan waktu dan perubahan musim kemarau yang berkepanjangan, warga Desa Melati berniat membuka kembali sumbatan sumber mata air yang pernah di tutup. Dengan berbagai persyaratan dan sesaji warga beramai ramai menaiki puncak Margoboyo ingin membuka kembali sumbatan mata air, namun dicari cari lubang sumber mata air tersebut sampai sekarang belurn bisa di temukan, meski telah dikerahkan beberapa paranormal.
Beberapa lobang sumber mata air memang pernah berhasil di buka oleh warga dengan bantuan seorang paranormal, namun air yang keluar dari sumber tersebut tak seperti yang di harapkan. Sumber itu bukan sumber mata air yang pernah di sumbat pada masa lampau. Seluruh rangkaian air terjun yang yang berada di puncak hingga di bawah gunung Margoboyo sejak dulu dikenal sangat angker sekali. Beberapa orang pencari kayu bakar yang melewati tempat itu sering kali dipanggil namanya oleh suara gaib yang berasal di sekitar air terjun.
Kejadian ini pernah juga dialami oleh rombongan pramuka yang berasal dari Solo yang melaksanakan Hiking jalan gunung sampai Puncak Margoboyo. Beberapa siswa pramuka beserta gurunya saat melewati Jurang Gandil merasa ada yang memanggil-manggil nama mereka hingga ke air terjun yang ketujuh, bahkan saat para siswa menuruni gunung sampai di air terjun Kedung Turuk suara suara itu masih terngiang di telinga mereka.
Dari ketujuh air terjun yang kini memiliki aura mistis yang sangat kuat adalah Kedung Turuk. Di tempat ini sering kali terlihat sosok seorang perempuan yang diyakini adalah sosok Dewi Telasih yang sangat cantik sekali. selain itu air yang mengalir setelah melewati batu kelamin wanita Kedung Turuk dipercaya mempunyai kekuatan mampu menyembuhkan segala penyakit. Bagi mereka yang percaya, air itu tak hanya mampu menyembuhkan segala penyakit, bahkan mampu menjadi sarana air pengasihan. Siapapun orang yang mandi di tempat ini konon mampu menjadikan orang tersebut memiliki daya tarik tersendiri. Selain itu air yang keluar dari batu yang berbentuk kelamin tersebut mampu menjadi sebuah pemikat, tak perlu datang ke paranormal untuk pasang susuk.