Kemana Perginya Roh Menurut Keyakinan Kejawen?

Kemana Perginya Roh Menurut Keyakinan Kejawen?

Ketika roh orang yang hampir meninggal merasuk ke seseorang, bisa terjadi, orang yang dirasuki berbicara menggunakan bahasa roh orang tersebut. Roh halus ini juga dapat menggunakan magnet pribadi orang untuk melakukan kegiatan-kegiatan jasmaniah. Sementara itu, orang yang digunakannya, ketika dalam keadaan tidak dirasuki, sama sekali tidak mampu melakukan ini…

Pati adalah kekuasaan dan wewenang Tuhan dalam rangka menutup kehidupan seseorang. Manusia mati, sebaiknya dapat kembali pulang ke jagad asalnya.

Keyakinan Kejawen mengajarkan, tak lama setelah orang meninggal, jiwanya akan berubah menjadi makhluk halus (roh) yang disebut lelembut, dan berkeliaran di sekitar tempat tinggalnya. Beberapa dari sifat (kemampuan) spiritual dan mistisme gaib ternyata juga dapat dimiliki oleh orang yang meninggal.

Beberapa jam sebelum meninggal, tubuh seseorang dalam keadaan tidur secara organik. Rohnya, karena ingin mengucapkan selamat tinggal kepada keluarga atau teman, daya pikirnya memiliki kekuatan untuk mewujudkan diri. Oleh karena itu orang ini dapat menampakkan diri kepada teman atau keluarga meskipun mereka berada di tempat yang jauh. Penampakan diri ini tampil sebagai orang yang masih hidup, namun tidak memiliki kemampuan bicara.

Orang yang dalam keadaan demikian juga dapat menulis menggunakan tangan orang yang tidak dikenal. Bahkan bisa saja tulisan tersebut menggunakan bahasa yang tidak dikenal oleh orang yang menulisnya. Ketika roh orang yang hampir meninggal merasuk ke seseorang bisa terjadi orang yang dirasuki berbicara menggunakan bahasa roh orang tersebut. Roh halus ini juga dapat menggunakan magnet pribadi orang untuk melakukan kegiatan-kegiatan jasmaniah. Sementara itu, orang yang digunakannya, ketika dalam keadaan tidak dirasuki, sama sekali tidak mampu melakukan ini.

Ke Mana Perginya Roh?

Alam halus adalah alam tempat berdiam para roh. Tempat ini juga disebut sebagai daerah kelangitan atau Swarga. Di lingkungan bumi, terdapat dua wilayah yang disebut sebagai kehidupan nyata dan daerah astral. Kehidupan nyata berada pada bumi kita. Daerah astral terbagi dalam Kamaloka dan Naraka. Naraka terdiri atas tujuh bola (wilayah kehidupan) dan sesuai hukum pantulan, Kamaloka juga terdiri atas bola-bola.

Kamaloka sebagai tempat tinggal roh-roh yang sudah meninggal akan menjadi tempat bagi roh yang baru tiba sebagai sarana belajar untuk menanggalkan pikiran dan kesenangan (Kama). Roh yang sudah berhasil melepas sifat kebinatangannya, dan melalui kematian yang kedua, berpindah tempat ke bumi yang terletak pada lapisan langit pertama.

Ketika roh dan badan halus terlepas dari Wethala-nya pada hari ketiga hingga ketujuh, sifat dari badan halusnya tidak akan mengalami perubahan. Badan halus itu tetap berada dalam keadaan cenderung ke kehidupan yang ada sehingga menjadi terlalu besar untuk berpindah ke Kamaloka. Bagi manusia yang semasa hidupnya berlaku baik, proses perubahan badan halus dinamakanIyatama. Dalam Iyatama, badan halus berubah menjadi bentuk yang sesuai untuk bertempat tinggal di dunia roh halus atau dunia kelangitan.

Sementara itu proses perubahan badan halus dari manusia yang selama hidupnya berbuat jahat dinamakan Dhruwan. Dalam Dhruwan, badan halus akan berubah bentuk kasar. Roh dengan badan halus yang “kasar” lebih cocok untuk tinggal di lingkungan Naraka (suatu lingkungan yang digambarkan memiliki kedudukan lebih rendah dan bumi tempat kehidupan nyata).

Menuju Kesempurnaan

Roh yang badan halusnya telah bebas dari hawa nafsu dan kesenangan dinamakan Moksha.Roh ini akan berpindah menuju ke kelangitan pertama.

Ada pula keadaan yang lebih tinggi dari Moksha, yaitu bila roh dapat mencapai lapisan langit yang keempat, yang kemudian sampai di daerah langit yang kelima. Di sini, roh dalam badan halus berubah dari “rupa” ke “arupa”. Keadaan ini dinamakan Saiyadiyam, yaitu mencapai satu kesatuan dengan Tuhan. Bilamana roh telah sampai dalam keadaan ini maka setelah kematian dalam wujudnya akan sampai pada daerah di lelangitan kelima. Di wilayah lelangitan kelima, jiwa telah murni atau “arupa”.