Sekilas mengenal Sosok Gaib Penunggu Gunung Merapi

Sekilas mengenal Sosok Gaib Penunggu Gunung Merapi

Kawasan Gunung Merapi berada di perbatasan Magelang Yogyakarta. Gunung yang terkenal dengan kegagahannya tersebut pernah menggegerkan masyarakat sekitarnya dengan letusannya yang paling ngeri selama ini yaitu tahun 2010 lalu. Meskipun demikian, ternyata Gunung Merapi juga merupakan salah satu gunung yang banyak dijadikan sebagai wahana pendakian. Namun siapa sangka gunung yang terkenal dengan keindahannya itu menyimpan banyak sekali kisah-kisah misteri dunia gaib di dalamnya. Di antara misteri dunia gaib Gunung Merapi yang membuat bulu kuduk merinding adalah kisah makhluk halus sebagai penunggu gunung merapi yaitu Nyai Gadung Melati, Eyang Sapu Jagad, dan Kyai Petruk.

Berbagai cerita hal keangkeran  Gunung Merapi memang tidak akan ada habisnya. Karena menurut mitos yang beredar di masyarakat, Gunung Merapi adalah pusatnya keraton Jin di Indonesia. Salah satunya adalah mengenai mitos Nyai Gadung Melati yang merupakan penunggu Gunung keraton Merapi dan sebagai pimpinan wanita di keraton tersebut.

Nyai Gadung Melati akan hadir dalam mimpi masyarakat lereng Merapi. Dirinya akan menampakkan dirinya sebagai perempuan yang sangat cantik parasnya. Misteri dunia gaib Nyai Gadung Melati diabadikan di museum Vulkanologi yang terdapat arca Nyai Gadung Melati. Konon kabarnya Nyai Gadung Melati dikutuk menjadi arca oleh seorang lelaki yang bernama Ki Ageng Sukuh. Beliau merasa dikhianati tidak jadi dijadikan sebagai suami Sang Nyai setelah permintaannya untuk membuat taman dan perairan sampai ke pekarangan rumah sang Nyai terpenuhi.

Karena hal tersebut, ki Ageng Sukuh marah dan mengutuk Nyai Gadung Melati menjadi arca. Masyarakat setempat percaya bahwa roh dari Nyai Gadung Melati masih hidup dan sangat menyayangi masyarakat lereng Merapi. Hal ini dibuktikan dengan sosoknya yang selalu hadir dalam mimpi. Menurut kepercayaan masyarakat. Ketika Nyai Gadung Melati hadir dalam mimpi, maka itu pertanda bahwa sebentar lagi merapi akan meletus.

Tokoh misteri dunia gaib merapi yang juga sangat melekat di hati masyarakat sekitar Gunung Merapi yang berikutnya adalah Eyang Sapu Jagad. Eyang sapu Jagad ini dipercaya sebagai penunggu dan penjaga kawah Gunung Merapi. Beliaulah yang bertugas menentukan iya dan tidaknya kawah merapi meletus. Biasanya beliau akan memberitahukannya melalui juru kunci merapi.

Asal-usul dari eyang sapu jagad ini konon kabarnya merupakan sebuah endhog (telur) yang diberikan kepada Juru Taman oleh Panembahan Senopati. Akhirnya Ki Juru Taman memakannya dan berubah menjadi raksasa yang mengerikan. Kemudian atas perintah Panembahan Senopati, raksasa tersebut menjadi penunggu gunung Merapi dengan sebutan Eyang Sapu Jagad. Dalam tugasnya Eyang Sapu Jagad dibantu oleh Kyai Grinjing Wesi dan Kyai Grinjing Kawat.

Gunung Merapi memang banyak sekali menyimpan kisah misteri dunia gaib. Ada lagi sosok mistis lain yang disebut Kyai Petruk. Kyai Petruk adalah penjaga gunung Merapi yang sangat fenomenal pada saat peletusan Merapi di tahun 2010. Asap letusan gunung merapi yang membumbung tinggi dan membentuk segumpalan asap yang mirip dengan tokoh Petruk dalam dunia pewayangan ini.

Mitos yang beredar di tengah masyarakat apabila telah muncul asap yang menyerupai tokoh petruk tersebut, maka berarti Kyai Petruk sebagai makhluk halus penjaga Merapi telah memberi isyarat bahwa Merapi akan meletus dengan letusan yang besar. Dan benar, tahun 2010 Merapi meletus besar-besaran. Sampai sekarang Kyai Petruk dipercaya sebagai pemberi wangsit atau pertanda kapan Merapi akan meletus dan juga memberi saran terhadap masyarakat agar selamat dari letusan Gunung Merapi.

Misteri dunia gaib sebenarnya selalu ada di sekitar kita. Namun semua tergantung seberapa besar kita mempercayainya. Selain 3 makhluk halus penjaga Gunung Merapi tersebut, masih banyak makhluk halus lainnya dan tempat-tempat angker di Gunung Merapi dan sekitarnya. Hal ini maklum saja, karena Gunung Merapi terkenal sebagai pusat kerajaan jin di Indonesia yang masih berhubungan kerajaan laut panti Selatan.  Benarkah?