Diceritakan dalam Serat “Centini”, pada malam ketiga Seh Amongraga berada di dalam gua Suripan, dalam perjalan spiritualnya setelah meninggalkan desa Wanamarta, muncullah seorang peri yang mendekatinya. Peri tersebut bukan hanya berparas cantik akan tetapi juga memiliki daya pikat birahi yang luar biasa tinggi.
Kepada Seh Amongraga peri tersebut memperkenalkan diri bernama Dewi Tunjungsari. Akan tetapi usahanya untuk merayu dan membujuk Seh Amongraga itu mengalami kegagalan, hal tersebut diakibatkan karena tingkatan ilmu Seh Amongrada berada di atas ilmu gaib Dewi Tunjungsari.
Berdasarkan sumber dari cerita rakyat, Dewi Tunjungsari dahulunya merupakan manusia biasa, putri Prabu Tejangkara, raja dari kerajaan Majapura yang lahir dari istri selir. Tertarik akan cerita para brahmana tentang manusia yang karena ketekunannya dalam olah batin bertapa bisa menjelma hidup menjadi manusia sukma yang tidak mengenal akan kematian seperti dewa atau bidadari.
Suatu ketika kerajaan Majapura mengalami keruntuhan, Dewi Tunjungsari memutuskan untuk pergi bertapa agar bisa hidup sebagai manusia sukma. Atas petunjuk Dewi Kilisuci, Dewi Tunjungsari segera pergi ke gua Selabale untuk menemui manusia sukma Ki Butalocaya yang sesungguhnya merupakan penjelmaan dari Aki Badranaya atau Ki Lurah Semar atau Sang Hyang Ismaya. Oleh Ki Butalocaya, Dewi Tunjungsari disarankan untuk pergi dan menetap di gua Suripan merajai golongan bangsa peri.
Keberadaan Dewi Tunjungsari sebagai ratu peri di gua Suripan cukup di kenal oleh sebagian besar masyarakat Pulau Jawa, khususnya masyarakat sekitar kawasan gunung Argapura kearah timur smpai di wilayah Blambangan. Konon dalam wujudnya yang sebagai manusia biasa, Dewi Tunjungsari sering mendatangi beberapa desa disekitar kawasan gunung Argapura untuk mencari laki-laki dan wanita-wanita desa untuk dipekerjakan di istana silumannya.
Konon dari cerita orang-orang yang pernah bekerja di istana siluman Dewi Tunjungsari inilah yang akhirnya memunculkan keinginan banyak orang untuk melakukan pemujaan dan persembahan kepada Dewi Tunjungsari, ya…dengan harapan bisa mendapatkan harta siluman. Kendati demikian toh tidak senua orang yang melakukan pemujaan dan persembahan bisa terkabul keinginannya. Kecuali mereka yang dianggap memiliki nasib yang sedang mujur.