“Sang Dalang Salto” Meriahkan Peresmian Paguyuban Kusumo Hondrowino Nusantara

“Sang Dalang Salto” Meriahkan Peresmian Paguyuban Kusumo Hondrowino Nusantara

Konser Wayang Milenial Jakarta kembali akan menggelar seni budaya wayang kulit semalam suntuk dengan mengambil lakon “Dewo Broto Prasetyo Srikandi Senopati” pada Sabtu, 16 September 2023, bertempat di Taman Budaya Kabupaten, Tulung Agung, Jawa Timur,  mulai pukul 20.00 s/d selesai. Pagelaran kali ini diselenggarakan untuk  meresmikan berdirinya “Paguyuban Kusumo Hondrowino Nusantara”

Tentunya dalam acara ini di pastikan akan sangat begitu meriah, sebab panitia acara secara khusus telah mengundang tokoh dalang wayang kulit Internasional, duta budaya Eropa, Jepang dan Amerika, yakni K.R.T.Ki.H.Gunarto Gunotalijendro.SH.MM. Sang dalang nantinya akan memberikan hiburan yang penuh dengan tontonan dan tuntunan kepada masyarakat luas serta tamu undangan yang hadir di acara tersebut.

K.R.T.Ki.H.Gunarto Gunotalijendro.SH.MM

K.R.T.Ki.H.Gunarto Gunotalijendro.SH.MM, tokoh dalang wayang kulit Indonesia, pelestari seni budaya warisan leluhur yang mendapat julukan “Sang Dalang Salto ini nantinya akan banyak menghibur para tamu yang hadir dalam acara tersebut. Dalang sejuta prestasi ini nantinya akan banyak menampilkan kepiawaiannya dalam meminkan gerak-gerik setiap tokoh wayang yang di mainkan sesuai dengan alur ceritanya. Wow…sungguh luar biasa, ayoo lurrr…kita saksikan bersama-sama dengan sanak saudara kita…. pagelaran seni budaya wayang kulit yang kian menggema ke seluruh dunia.

Singkat cerita cerita wayang“Dewo Broto Prasetyo Srikandi Senopati”

Diceritakan kala itu di negeri Hastinapura, nampak Prabu Duryudana sedang bimbang dan mengeluhkan atas sikap dan keputusannya untuk menatang Pandawa dalam perang Bharatayudha. Mengetahui hal tersebut, Resi Bisma, yang juga merupakan kakek dari Kurawa dan Pandawa segera menasehati bahwa Duryudanalah yang telah memulai perang. Sebagai seorang satria, tidak boleh menarik apa yang telah diputuskannya.

Dalam pertemuan tersebut, nampaknya banyak di hadiri oleh petinggi negeri Hastinapura, Pandita Durno, yang merupakan guru Kurawa dan Pandawa, Prabu Salya (Paman Pandawa dan Kurawa), Patih Sengkuni dan Prabu Karno dari Awangga, mereka semua sedang merundingkan hal perang besar Bharatayuda. Sampai akhirnya di sadari bahwa pihak Kurawa belum memiliki seorang Senopati yang mumpuni. Kemudian Resi Bisma segera mengajukan diri untuk menjadi senopati perang dan di ikuti oleh Pandita Durno serta Prabu Salyo dengan suka rela untuk menjadi senopati apit Resi Bisma.

Masyarakat Penggemar “Dalang Salto”

Menyaksikan hal tersebut, Pandita Durno sangat kaget dan heran dengan sikap Resi Bisma yang membela Kurawa, padahal Resi Bisma tahu bahwa Kurawa lah yang jelas-jelas telah ingkar janji, bahkan Pandawa telah mengikuti aturan hukuman dengan pengasingannya di hutan selama 12 tahun serta 1 tahun dalam persembunyiannya. Akan tetapi, dengan sangat bijaknya Resi Bisma menjawab bahwa semata-mata untuk membela Kurawa lantaran di pihak Pandawa telah ada sosok Prabu Kresna, yang merupakan titisan dari Bathara Wisnu, dan di mana ada Kresna di situlah ada keberuntungan. Selain hal tersebut Pandawa juga memiliki Semar sebagai penasehat. Resi Bisma hanya menginginkan laku adil untuk cucu-cucunya, dan bukan berarti bahwa dia menyetujui sikap angkara dan perlakuan kasar Kurawa kepada Pandawa.

Berangkatlah para senopati perang ke medan laga. Perang Bharatayuda berlangsung dengan sangat serunya, dan kesepatan bersama aturannya hanya boleh dilakukan pada siang hari, sementara saat malam tiba perang Bharatayuda harus di hentikan.

Nampak kala itu pasukan Kurawa melakukan penyerangan kepada lawannya dengan penuh nafsu, sementara pasukan Pandawa menyerang musuhnya dengan dasyat pula. Berbagai senjata saling beradu dan banyak pasukan kedua belah pihak yang menuai kematian. Mayat-mayat berguguran mengharumkan negeri, sementara darahnya mengalir ke sungai.

K.R.T.Ki.H.Gunarto Gunotalijendro.SH.MM di Apit Para Niyogo Bule, Amerika

Sejak Kurawa memiliki senopati Resi Bisma, di pihak Pandawa Prabu Utara dan Prabu Wratsangka, putra Raja Wirata dengan suka rela siap menjadi senopati Pandawa, hal tersebut dilakukan lantaran ada kaitan hutang budi kepada Pandawa. Saat itu negeri Wirata diserang oleh Hastinapura, Pandawa yang bisa dan berhasil membantu menyelamatkan negeri Wirata.

Dengan gagah perkasa Prabu Utara dan Wratsangka langsung berhadapan dengan Resi Bisma, perang tanding awalnya berlangsung imbang. Akan tetapi Lantaran Resi Bisma sendiri diserang  bersamaan maka Resi Bisma sempat kewalahan dan terdesak. Melihat hal tersebut Pandita Durno dan Prabu Salyo yang sebagai senopati pengapit segera  mengarahkan senjatanya ke arah Prabu Utara dan Wratsangka, dan akhirnya gugurlah kedua satria dari negeri Wirata tersebut sebagai pembela nusa dan bangsa.

Seni Tari Sebelum Acara Pementasan Seni Budaya Wayang Kulit “Sang Dalang Salto” Dimulai

Mengetahui senopati Pandawa telah gugur, dengan berat hati prajurit Pandawa segera mengabarkannya kepada Prabu Wirata, orang tua dari Prabu Utara dan Wratsangka. Mendengar berita tersebut Prabu Wirata diliputi kesedihan serta amarah dan segera dirinya ingin terjun ke medan perang untuk membalaskan dendam anaknya. Tetapi kala itu Prabu Kresna bisa menenangkan hatinya. Kemudian Sang Prabu segera meminta Pandawa untuk memanggilkan kakak Prabu Utara dan Wratsangka yang sedang menjalankan pertapaan bernama Arya Seta. Pada awalnya Pandawa menolaknya sebab, putra Prabu Wirata tersebut tinggal satu, yakni Arya Seta yang tersisa. Akan tetapi Prabu Wirata tetap bersikukuh agar anaknya yang sedang bertapa Arya Seta di panggil, sebab prinsipnya adalah hutang budi harus di bawa sampai mati. Lantaran keteguhan hati Prabu Wirata tersebut, akhirnya Pandawa tak bisa mengelak lagi.

Pandawa mengutus punakawan Petruk dan Bagong untuk menyampaikan kabar duka Prabu Utara dan Wratsangka kepada Arya Seta di pertapaannya.  Mendengar khabar duka tersebut, Arya Seta, sontak segera turun dari pertapaannya dan langsung bergegas menuju ke medan laga untuk mencari Resi Bisma. Semua musuh yang dia temui semuanya di bantai dengan senjata Gada Lukitapati, konon senjata tersebut akan mengantarkan kematiannya kepada siapapun yang mendekatinya. Bahkan Arya Seta sempat membunuh Raden Rukmana, putra Prabu Salya yang kala itu hanya sekedar mau nonton berlangsungnya perang dahsyat Bharatayudha.

Penggemar K.R.T.Ki.H.Gunarto Gunotalijendro.SH.MM

Petarungan hebat telah terjadi antara Arya Seta dan Resi Bisma, Arya Seta yang memegang pusaka Gada Lukitapati dan Resi Bisma dengan mengandalkan ilmu kesaktiannya. Diserang Arya Seta dengan bringasnya, Resi Bisma sempat kewalahan dan terpojok sampai ke sungai Gangga. Nah disitulah dia berjumpa dengan ibunya, Dewi Gangga, yang kemudian memberinya sebuah senjata berujud Cundrik.

Dengan mengunakan senjata Cundrik, Resi Bisma akhirnya berhasil mengalahkan Arya Seta. Dengan bersandarkan gada Lukitapati, Arya Seta telah gugur dengan posisi berdiri di tengah medan pertempuran. Kemudian Resi Bisma pun akhirnya juga menghormatinya dengan menyatakan bahwa kematian Arya Seta tidaklah sia-sia dan merupakan cara mati bagi seorang kesatria yang berjuang untuk bangsanya.

Aksi Para Waranggono  

Mendengar Resi Bisma telah membunuh semua putra Prabu Wirata,  kesabaran Prabu Kresna habis dan dia segera mengubah wujudnya menjadi raksasa yang menyeramkan. Resi Bisma hanya pasrah saja dan senang hatinya serta tak melawan. Ia rela mati di tangan Prabu Kresna. Tetapi, Arjuna segera mengingatkan bahwa Prabu Kresna telah berjanji tidak akan ikut turun tangan dalam perang besar Bharatayudha. Mendengar hal terseput akhirnya Prabu Kresna segera mengurungkan niatnya dan segera kembali ke wujud semulanya.

Terjadilah perundingan di pihak Pandawa untuk mencari dan menentukan senopati yang baru, mengggantikan para senopati yang telah gugur di medan perang. Dari keluarga Pandawa semua menolak untuk menjadi senopati, sebab yang di hadapinya adalah kakeknya sendiri. Kemudian Prabu Kresna pun akhirnya memberi saran bahwa Srikandi lah yang cocok untuk menjadi senopati Pandawa. Sebab di ketahui bahwa Resi Bisma mempunyai pantangan untuk melawan seorang wanita. Mendengar hal tersebut, awalnya Arjuna, suami Srikandi merasa keberatan, akan tetapi setelah di beri penjelasan oleh Prabu Kresna akan jani Arjuna pada saat terjadi sayembara untuk memperebutkan Srikandi dahulu serta atas desakan Srikandi sendiri, pada akhirnya Arjuna menyetujuinya dan mengizinkan Srikandi untuk menjadi senopati perang Pandawa.

Kiprah “Sang Dalang salto”

Awalnya Resi Bisma menolak untuk melawan Srikandi, akan tetapi lantaran diserang dengan membabi buta, Resi Bisma pun akhirnya membalas serangan Srikandi. Sang Resi lebih unggul dalam tingkat kesaktian dan kemampuan olah senjata, oleh sebab itu Srikandi dijadikan bulan-bulanan oleh Resi Bisma yang kala mudanya bernama Dewo Broto tersebut. Pada saat Srikandi sedang terdesak, tiba-tiba datanglah Dewi Amba, yang dibunuh oleh Resi Bisma, Dewi Amba kemudian merasuk ke dalam tubuh Srikandi serta memberikan senjata berupa cupu manik.

Kala mengetahui cupu manik di tangan Srikandi, Resi Bisma pun teringat akan janjinya dengan Dewi Amba yang akan menjemputnya suatu saat kelak. Maka Resi Bisma pun akhirnya mengatakan kepada Srikandi bahwa dirinya tidak akan melawan lagi, serta tidak akan menghindar apabila diserang.

Pagelaran Seni Budaya Wayang Kulit Oleh K.R.T.Ki.H.Gunarto Gunotalijendro.SH.MM

Segera Srikandi kemudian melepasakan senjatanya, beratus-ratus anak panah menancap di tubuh Resi Bisma atau Dewo Broto  hingga pada saat panah terakhir senopati Srikandi dilepaskan, Resi Bisma jatuhlah tubuhnya. Akan tetapi Resi Bisma tidaklah gugur seketika sebab dia adalah seorang wasu yang telah di beri anugerah oleh para dewa sehingga Resi Bisma boleh menentukan waktu kapan kematiannya.

Resi Bisma atau Dewo Broto tengah berbaring di medan laga dengan ratusan anak panah menancap di tubuhnya, pihak Pandawa dan Kurawa segera mendatangi kakeknya tersebut. Meraka segera memberi penghormatan kepada kakeknya tersebut. Dewo Broto atau Resi Bisma segera meminta sebuah tempat untuk berbaring sehingga bisa melihat jalannya perang besar Bharatayudha.

Penonton Wayang Kulit “Sang Dalang Salto” Selalu Membludag

Sementara Duryudhana segera menyuruh Patih Sengkuni untuk mencarikan tempat untuk pembaringan kakeknya. Sengkuni pun segera mmbawakan sebuah tempat pembaringan yang sangat mewah, tapi di tolak oleh Resi Bisma. Akhirnya Arjuna segera mengumpulkan patahan senjata dan kemudian diikat menjadi alas tidur bagi Resi Bisma. Dan Resi Bisma juga meminta air minum sebab dirinya sedang kehausan. Duryudana segera menyuruh patih Sengkuni untuk segera mencarikan air minum, oleh patih Sengkuni dibawakanlah air minuman keras, melihat hal tersebut, Resi Bisma pun segera menolaknya. Resi Bisma sangat marah kepada Kurawa sebab di medan perang ini pantang bagi kesatria untuk bermewah-mewahan serta bersenang-senang. Kemudian Resi Bisma segera memerintahkan Arjuna untuk membawakan air untuk menjamas senjata sebagai minumannya. Resi Bisma pun akhirnya menyaksikan kejayaan Pandawa dan Resi Bisma meninggal pada saat berakhirnya perang Barathayudha.

Wahh…sebuah kisah seni pewayangan yang sangat menarik untuk di saksikan dan simak secara langsung   ya..lurrr…Bagi para penggemar seni budaya wayang kulit yang berhalangan untuk hadir di lokasi pagelaran…tidak perlu kwhawatir tidak bisa menyaksikannya….Silahkan clik di Channel Youtube Andika Multimedia New dan Gatot Jatayu New. Kedua channel Youtube ini akan melakukan siaran langsung dalam pagelaran wayang kulit oleh “Sang Dalang Salto”. Nah..selamat menyaksikan…