Dalam rangka Hari Sumpah Pemuda yang ke 95, Konser Wayang Milenial Jakarta akan ikut memeriahkan dengan menggelar pertunjukkan wayang kulit dengan lakon “Tumuruning Wahyu Kanalendran” atau di jagad pakeliran di kenal dengan sebutan Wahyu Cakraningrat. Pagelaran wayang tersebut akan di bawakan langsung oleh “Sang Dalang Salto” sekaligus dalang Internasional K.R.T.Ki.H.Gunarto Gunotalijendro.SH.MM, pada hari Sabtu, 28 Oktober 2023, mulai pukul 20.00 s/d selesai, bertempat di Plaza Taman Fatahillah, Kota Tua, Jakarta Barat.
Wow…tentunya pagelaran seni budaya wayang kulit ini dapat di pastikan bakal sangat meriah dan menghibur para penontonnya. Sebab pagelaran wayang kulit yang penuh dengan tontonan dan tuntunan ini akan menampilkan lakon yang sangat menarik untuk di saksikan. Tumuruning Wahyu Kanalendran, yang merupakan sebuah lakon yang banyak di tunggu oleh penggemar dan pecinta seni budaya wayang kulit di manapun berada. Apalagi yang membawakannya adalah seorang dalang wayang sejuta prestasi serta duta budaya Eropa, Jepang dan Amerika,yakni K.R.T.Ki.H.Gunarto Gunotalijendro.SH.MM.
Sekilas alur cerita Tumuruning Wahyu Kanalendran: Diceritakan bahwa ada tiga orang kesatria yang sedang berjuang menempuh berbagai macam mara bahaya guna mendapatkan kekuasaan. Ketiga satria itu antara lain adalah Raden Lesmana Mandrakumara, Raden Samba Wisnubrata dan Raden Abimanyu.
Diceritakan bahwa, Wahyu Kanalendran adalah Wahyu yang dianggap sebagai syarat utama untuk memperoleh kedudukan atau kekuasaan. Nah…bagi siapa saja yang bisa mendapatkan wahyu tersebut, maka kelak keturunannya akan dapat memiliki tampuk kekuasaan. Sementara itu untuk mendapatkan wahyu tersebut sangat tidaklah mudah karena harus melakukan berbagai cara tirakat atau bertapa yang sangat berat.
Dalam alur ceritanya, awalnya Wahyu Kanalendran dapat masuk ke dalam tubuh Raden Lesmana Mandrakumara yang sedang melakukan tapanya di alas Gangguwirayang. Akan tetapi nampaknya Raden Lesmana Mandrakumara tidak dapat mengontrol dirinya pada saat muncul godaan hadirnya seorang putri Pamilutsih yang merupakan jelmaan dari Dewi Maninten. Dengan hal tersebut akhirnya membuat Wahyu Kanalendran oncat (keluar) dari tubuhnya.
Sementara satria kedua yang mendapatkan berkah Wahyu Kanalendran adalah Raden Samba Wisnubrata. Satria putra Prabu Kresna dari negeri Dwarawati itupun nampaknya juga mengalami hal yang sama, ia tidak lulus dalam ujian yang sedang dihadapinya. Pada saat ada dua orang pria dan wanita yang mengaku sebagai anak dan bapak yang menghampirinya serta ingin ikut dirinya, dengan sikap kesombongannya justru Raden Samba Wisnubrata malah justru mengusir pria tua itu. Raden Samba mengusir pria tersebut lantaran sudah dianggap tua dan tidak berguna. Sebaliknya ia malah merayu anak wanita yang dianggapnya masih muda agar bersedia untuk ikut dengannya. Pria dan anak wanita tersebut akhirnya mengaku sebagai jelmaan dari Wahyu Kanalendran atau Cakraningrat, dan Dewi Waminten segera memutuskan apabila Wahyu Kanalendran tidak layak berada di dalam tubuh yang memiliki sikap dan sifat sombong. Akhirnya keluarlah Wahyu Kanalendran tersebut dari dalam tubuh Raden Samba Wisnubrata.
Tak lama kemudian Wahyu Kanalendran tersebut akhirnya masuk ke dalam tubuh Raden Abimanyu yang sedang menjalani ritual tapa brata. Wahyu tersebut masuk pada saat hari telah menjelang malam. Setelah memperoleh Wahyu akhirnya Raden Abimanyu segera keluar dari pertapaannya. Nampak tubuhnya sangat fres dan segar, wajahnya nampak bercahaya dan berseri-seri, hal tersebut sebagai pertanda apabila Wahyu Kanalendran telah manjing untuk bersatu dengan tubuhnya.
Tatkala Raden Abimanyu akan kembali pulang ke negerinya Amarta, di tengah perjalan nampaknya Raden Abimanyu di hadang oleh rombongan dari Kurawa yang ingin merebut Wahyu Kanalendran yang sudah manjing di dalam tubuhnya. Akan tetapi niat jelek rombongan Kurawa tersebut nampaknya tidak berhasil, lantaran Raden Abimanyu dapat mempertahankan keberadaan Wahyu Kanalendran yang ada di dalam dirinya.
Mengetahui anaknya telah gagal dan tahu Raden Abimanyulah yang telah berhasil mendapatkan Wahyu Kanalendran, maka Prabu Kresna berkenan untuk menikahkan Raden Abimangu dengan putrinya, Dewi Sundari. Dengan harapan agar nanti keturunannya dapat menjadi seorang penguasa. Akan tetapi nampaknya Dewa berkehendak lain, sebab ternyata Dewi Sundari mandul alias tidak bisa membuahkan keturunan.
Dalam kisah ini, Raden Abimanyu hanya mempunyai satu orang anak laki-laki yang bernama Parikesit yang didapatkan dari rahim Dewi Utari. Kelak, nantinya Raden Parikesit inilah yang akan menjadi penerus dan menduduki tahta kerajaan Hastinapura setelah selesai peristiwa perang Barathayudha. Bahkan konon di percaya bahwa Prabu Parikesit dianggap sebagai seorang raja yang telah menurunkan raja-raja yang berkuasa di tanah pulau Jawa. Benarkah…???
Wahh..wahh…alur cerita dunia seni pewayangan Nusantara yang sungguh sangat menarik untuk kita saksikan….Nah…bagi yang ingin menyaksikan secara langsung silahkan untuk menunggu tanggal mainnya. Sementara yang belum ada kesempatan datang ke lokasi pagelaran…tidaklah perlu khawatir, sebab pagelaran wayang kulit yang akan di bawakan oleh K.R.T.Ki.H.Gunarto Gunotalijendro.SH.MM atau Datuk Manggala Budaya Sastra Diraja ini juga akan disiarkan secara langsung melalui channel Youtube Andika Multimedia New dan Gatot Jatayu New. Nahh..yukk para sahabat kita tunggu bersama sama tanggal mainnya ya…