Pagelaran Wayang Kulit Lakon “Tumuruning Wahyu Katentreman” Dalang KRT.Gunarto Gunatalijendro SH.MM

Pagelaran Wayang Kulit Lakon “Tumuruning Wahyu Katentreman” Dalang KRT.Gunarto Gunatalijendro SH.MM

Warga masyarakat di Desa Kumejing, Wadaslintang, Wonosobo, Jawa Tengah akan  menyelenggarakan serangkaian upacara tradisional bersih desa atau yang lebih dikenal dengan sebutan “Merdi Dhusun” . Dalam acara tersebut, puncaknya akan menampilkan pagelaran wayang kulit dengan lakon “Tumurunung Wahyu Katentreman” tepatnya pada Senin, tanggal 15 November 2021 dengan dalang KRt.Gunarto Gunatalijendro.SH.MM.

Upacara tradisi “Merdi Dhusun” merupakan salah satu bentuk wujud dari rasa bersyukurnya warga masyarakat kepada Sang Penciptanya atas segala limpahan karunia dan rahmat serta rejeki yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Pagelaran wayang kulit di acara puncak merdi dhusun akan ditampilkan lakon “Tumuruning Wahyu Katentreman’ yang sekilas isinya menceritakan bahwa: Semar Bodronoyo kondisinya sedang menglami duka yang mendalam, hal ini lantaran ia tiba tiba ditinggal pergi istrinya, yakni Dewi Kanastren entah kemana. Karena situasi dan kondisi tersebut akibatnya Ki Semar dan ketiga  anaknya tidak pernah hadir lagi ke Amarta sebagai petugas mengasuh para satria Pandawa.

KRT.Gunarto Gunatalijendro.SH.MM

Suatu saat, tidak ada angin maupun hujan, Semar Bodronoyo kedatangan tamu tak diundang, yakni Begawan Dorno dari Hastinapura. Kedatanga  Dorna sebagai duta raja Duryudana, yang intinya ingin mengajak Semar untuk datang ke Hastina sebagai syarat ketentraman negeri Hastina yang konon sedang mengalami berbagai macam bencana dan malapetaka.

Selain utusan dari Hastina, nampaknya hadir pula utusan dari Amarta serta dari negeri Pancawati. Tujuannya sama yakni, ingin memboyong Semar sebagai pamong serta pengayom agar supaya negeri mereka kembali menjadi tentram dan damai.

Mendengar serta menghadapi permintaan para tamunya tersebut membuat Semar menjadi bingung karena tujuan  sama yakni, ingin memboyongnya ke negeri mereka. Karena supaya adil, akhirnya Semar memutuskan untuk membuat sayembara. “Bagi siapa saja yang berhasil mendapatkan dan mempersembahkan Sekar Pudhak Tunjung Biru kepada hamba, maka merekalah yang menjadi tuan hamba dan hamba bersedia di boyong kenegerinya,” kata Ki Semar.

Mendengar permintaan Ki Semar, maka segera ke tiga utusan tersebut mencari keberadaan Sekar Pudhak Tunjung Biru ke berbagai penjuru arah dan sudut. Singkat cerita dari ke tiga utusan tersebut nampaknya yang berhasil mempersembahkan Sekar Pudhak Tunjung Biru adalah utusan dari Amarta, yakni Raden Arjuna. Uniknya, setelah Sekar Pudhak Tunjung Biru diserahkan dan di pegang oleh Ki Semar, tiba tiba sekar atau bunya tersebut berubah wujud menjadi seorang wanita yang cantiknya luar biasa, dan ternyata wanita cantik itu  tak lain adalah bidadari dari khayangan yang bernama Dewi Kanastren istri Ki Semar yang pergi tanpa pamit.

Dengan peristiwa tersebut, Raden Arjuna dianggap yang telah berhasil mengembalikan Dewi Kanastren kepangkuan suaminya kembali, yakni, Ki Semar. Lantas Ki Semar pun bersedia kembali untuk sowan ke negeri Amarta sebagai pamongnya para Pandawa, dan negeri Amarta kembali menjadi tentram dan damai.

Wow…tentunya pagelaran wayang kulit virtual kali ini bakalan seru ya…guys. Yukk…kita tunggu tanggal mainnya dan jangan lupa tonton bersama keluarga hanya di channal youtube andhikamultimedia channel.