Dalam Rangka 100 Hari Ki.H. Manteb Soedarsono, Lakon Pandu Swargo di Gelar Dalang Salto, KRT. Gunarto Gunatalijendro SH.MM

Dalam Rangka 100 Hari Ki.H. Manteb Soedarsono, Lakon Pandu Swargo di Gelar Dalang Salto, KRT. Gunarto Gunatalijendro SH.MM

Dalam rangka 100 hari  berpulangnya dalang Karangpandan KI H. Manteb Soedarsono ke rahmatullah, para tokoh budaya tradisional ikut serta umbul dongo lumantar pagelaran wayang kulit vertual yang akan digelar pada tanggal 9 Oktober 2021, mengambil lakon “Pandu Swargo”.

Pementasan wayang kulit vertual dengan lakon Pandu Swargo kali ini akan di bawakan oleh dalang dari Jakarta KRT. Gunarto Gunotalijendro SH.MM atau yang lebih dikenal dengan julukan Sang dalang Salto, mulai pukul 20.00 WIB.

Ringkasan ceritanya pagelaran wayang kulit vertual dengan lakon “Pandu Swargo” sbb: Dalam mimpinya satria Pandawa  Bima atau Werkudara yang juga dikenal  dengan nama Balawa, Bratasena, Birawa, Kusumayuda, Kusumadilaga, Pandusiwi, Bayusuta, Sena, atau Wijasena bertemu dengan ayahandanya, yakni Pandudewanata yang sudah lama berada di alam baka. Bratasena merasa sangat sedih saat melihat ayahandanya bersama istrinya Dewi Madrim sedang mengalami penyiksaan di neraka.

Saat terbangun dari mimpinya Bratasena terlihat sangat masgul, merenung dan tiba tiba jiwanya berontak, ia menganggap bahwa dewa tidak adil, mengingat ketika hidup ayahandanya banyak berjuang dan mengorbankan jiwa raganya untuk kedamaian serta ketentraman dunia. Seketika itu, Bratasena memiliki niat dan hasrat untuk membebaskan orang tuanya dari siksaan neraka.

Suatu hari tekad tulus Bratasena tersebut disampaikan kepada Kyai Lurah Semar, seorang abdi Pandawa yang juga seorang pamong agung. Dalam pertemuan tersebut Kyai Lurah Semar memberikan saran agar supaya Bratasena menjumpai Batara Guru di khayangan.

Usai mendapat saran, akhirnya Bratasena segera bergegas masuk ke sanggar pemujaan untuk menjalankan mesu budi, lantaran kekhusukannya beberapa waktu kemudian sukma Bratasena keluar dan melesat dari raganya dan langsung menuju khayangan dan segera menghadap kepada   Batara Guru.

Dalam pisowanan tersebut Batara Guru menyampaikan kepada Bratasena musabab kenapa Pandu mengalami siksa neraga di alamnya. “Ketahuilah Bratasena, kendati ayahmu Pandu telah banyak jasanya menjaga ketentraman duniai, akan tetapi Pandu juga tak lepas dari lingkaran dosa yang cukup besar. Ayahmu, Pandu pernah memanah sampai mati kijang yang kala itu sedang berkasih kasihan dengan pasangannya. Sementara kijang tersebut sebenarnya adalah jelmaan dari seorang brahmana sakti yang bernama Kimindama. Sebelum mati, nampaknya brahmana tersebut mengutuk ayahmu. Isi kutukan tersebut adalah kelak Pandu akan mengalami siksa neraka. “Ungkap Bata Guru kepada Bratasena.

Mendengar keterangan dari batara Guru, Bratasena menjawab dan tetap kekeh membela ayahnya. ”Ayahku dan Ibu Madrim sudah lama tersiksa di dalam neraka. Seharus sudah seimbang antara deritanya sekarang dengan apa yang telah diperbuat semasa hidup. Kini sudah saatnya ayahku dan ibu Madrim dibebaskan dari siksa neraka dan diangkat kembali dengan hormat, yakni di Syurgo,” jawab Bratasena semangat.

“Dosa Pandu tidak hanya membunuh kijang jelmaan brahmana aja, tetapi ayahmu juga pernah meminjam Lembu Andini. Lembu Andini ini bukannya dianggap suci dan di hormati karena binatang suci dari khayangan, tetapi justru oleh ayahmu ditunggangi untuk bersenang senang dengan Madrim kekasihnya. Kata Batara Guru memberi keterangan kepada Bratasena.

“Yaa…semua dosa yang telah dilakukan oleh ayahku sudah ditebus dengan aneka derita yang dijalani dengan berat tersiksa di dalam api panas neraga yang tiada hentinya. Oleh sebab itu perkenankan ayah dan ibuku segera diangkat ke alam klanggengan yakni syurgo,” kata Bratasena semangat.

Sambil berfikir dan merenungkan apa yang telah disampaikan oleh Bratasena, akhirnya Batara Guru menyetujui permintaan Bratasena. “Baiklah Bratasena, tetapi hanya kamu sebagai anak yang berbakti kepada orang tua yang dapat mengangkat kembali kedua orang tuamu dari siksa neraka,”

Tak lama kemudian Bratasena segera bergegas menuju kawah Candradimuka, yakni sebuah lumpur api di dalam kawah yang bergolak dengan hebatnya, seakan siap menelan apa saja yang masuk ke dalamnya. Nah.. di dalam kawah tersebut rupanya Pandudewanata dan Dewi Madrim mengalami penyiksaan yang maha dasyat.

Melihat kondisi kedua orang tuanya, hancurlah hati dan perasaan Bratasena, seketika itu juga berkobarlah tekad Bratasena untuk segera membebaskannya dari siksa api neraka itu dengan berbagai macam cara.

Dengan tekadnya yang luar biasa, akhirnya Bratasena langsung menerjunkan dirinya ke kawah Candradimuka yang nampak sangatlah panas luarbiasa itu.  Tetapi….aneh bin ajaib ketika Bratasena menerjunkan diri ke kawah, tiba tiba kobaran kawah panas tersebut hilang sama sekali dan anehnya, kawah candradimuka berubah menjadi adem.

Pandu dan Madrim saat melihat sosok Bratasena, anaknya segera dihampirinya dan dipeluknya dengan sangat erat seolah saling melepas kerinduan.

Pada saat peristiwa tersebut berrlangsung, tiba tiba muncullah para bidadari dari khayangan dan segera menjemput Pandu dan Madrim. Segera keduanya diiring oleh para bidadari tersebut untuk  menuju ke swargaloka.

Menyaksikan peristiwa tersebut, Bratasena sangat gembira sekali, perjuangan  untuk membebaskan kedua orang tuanya dari siksa api neraka berhasil sukses.

Dengan membawa perasaan hati yang puas Bratasena kemudian kembali ke kerajaan dan langsung menuju sanggar pamlengan. Sukmanya telah menyatu kembali dengan raganya.

Diistana Amarta, Bratasena menemui  Kunti Talibrata, ibu kandungnya dan saudara saudaranya pandawa. Di sini Bratasena kemudian menceritakan pengalamannya yang telah berhasil membebaskan ayahandanya Pandu dan ibu Madrim dari siksa api neraka. Semua saudaranya yang mendengar langsung memberikan aplus kepada Bratasena berkat perjuangannya hingga berhasil membebaskan ke dua orang tuanya dari api neraka.

Sementara di kerajaan Amarta, para pandawa segera menyelenggarakan upacara, doa bersama dan bersyukur kepada Sang Maha Pencipta atas segala berkah dan karunia yang telah diberikan kepada umatnya.

Sejak itu para satria Pandawa semakin merasakan ketentraman dan kedamaian. Tugas dan kewajiban untuk melindungi kerajaan dan dunia dari berbagai macam angkara murka dipergiat lag.

Nahh….pagelaran wayang kulit vertual lakon “Pandu Swargo” ini nampaknya sudah banyak masyarakat yang menunggu. Yukk kita saksikan bersama keluarga kita,  klik aja di channel Youtube Andikamultimedia channel.