Tokoh Budayawan yang sekaligus seorang dalang wayang kulit Nasional dan Internasional KRT. Ki.H.Gunarto Gunotalijendro.SH.MM akan memenuhi undangan dari penggemarnya untuk menggelar pertunjukkan seni budaya wayang kulit dengan lakon: Pandhu Swargo. Wahh…sebuah cerita atau lakon dunia pakeliran yang memang banyak pecinta yang menunggunya.
Pagelaran wayang kulit oleh dalang sejuta prestasi dan peraih penghargaan prestisius Datuk Manggala Budaya Sastra Diraja ini akan dilaksanakan dalam rangka “umbul dongo” untuk sang almarhum. H. Kondang Sutrisna.SE. Sementara pelaksanaan pagelaran seni budaya adiluhung tersebut akan di gelar pada hari, Sabtu (Malam Minggu), 9 Desember 2023 yang di akan di mulai pukul 20.00 s/d selesai, bertempat di Rumah Ki Sri Tengkleng Klayutan, Ketitang, Nogosari, Boyolali, Jawa Tengah.
Tokoh dalang Nasional dan Internasional KRT.Ki H. Gunarto Gunotalijendro.SH.MM ini memang sudah tidak asing lagi di mata, telinga dan di hati para pecinta seni budaya wayang kulit di tanah air maupun di manca negara. Sehingga saat beliau menggelar pertunjukkan seni budaya wayang kulit di manapun berada, penontonnya akan selalu membludag. Waw…sungguh luar biasa…
Hal tersebut lantaran memang dalang berjuluk “Sang Dalang Salto” tersebut adalah corongnya pelestari dan kemajuan seni budaya wayang kulit di tanah air Indonesia maupun di belahan negara lain. Berkat kiprahnya di dunia wayang kulit, seni budaya warisan leluhur kita hingga kini masih tetap eksis dan lestari serta akan terus berkembang dan bisa dinikmati oleh regenerasi kita.
“Sudah sepatutnya kita sebagai anak bangsa harus bertekad untuk melestarikan seni budaya wayang kulit yang merupakan hasil nyata budaya warisan para leluhur kita. Agar tetap lestari dan tidak ditelan zaman. Bagi saya Wayang adalah Kebanggaanku…Wayang adalah Jagadku…Hidup wayang Indonesia,” kata dalang Nasional dan Internasional KRT.Ki H. Gunarto Gunotalijendro.SH.MM. bersemangat.
Sekilas Cerita atau Lakon Wayang Pandu Swargo: Suatu hari, salah satu satria Pandawa, yakni Raden Werkudara tengah bermimpi bertemu dengan ayahandanya, prabu Pandu Dewanata yang sudah lama berada di alam baka. Raden Werkudara sangat bersedih hatinya melihat kondisi ayahandanya dan ibu Madrim sedang tersiksa di alamnya.
Saat terbangun dari tidurnya Raden Werkudara memikirkan hasil mimpinya tersebut dan hatinya teriris serta jiwanya bergejolak. Ia menganggap dewa tidak adil, sebab saat ayahandanya masih hidup, beliau banyak berkorban dan berjuang untuk kedamaian dan ketentraman dunia. Merasakan hal tersebut, akhirnya muncul hasratnya untuk segera membebaskan kedua orang tuannya dari siksa neraka.
Niat dan tekadnya tersebut di sampaikan kepada Ki Lurah Semar, abdi Pandawa yang sekaligus memiliki peran sebagai pamong Agung. Kemudian Ki Lurah Semar menganjurkan agar Raden Werkudara segera menemui Batara Guru di Khayangan.
Tak lama kemudian Raden Werkudara memasuki sanggar pamujan untuk melakukan tapabrata. Tak lama berselang kemudian sukma Raden Werkudara keluar dari raganya dan melesat menuju khayangan. Raden Werkudara langsung menghadap Batara Guru untuk menyampaikan hasratnya.
Dalam pertemuannya dengan Batara Guru, Raden Werkudara langsung mengutarakan uneg-unegnya serta hasratnya untuk membebaskan ayahanda Prabu Pandu dan Dewi Madrim. Dalam pertemuan tersebut di ceritakan oleh Raden Werkudara bahwa ayahandanya Prabu Pandu telah banyak jasanya dalam menjaga kedamaian dunia.
Sementara Batara Guru usai mendengar cerita Raden Werkudara, menjawab bahwa memang Prabu Pandu telah banyak jasanya dalam kehidupannya dulu, tetapi juga ada dosanya, yakni tatkala Prabu Pandu membunuh kijang yang sedang berkasih mesra dengan betinanya. Sementara kijang yang yang di bunuh oleh Prabu Pandu tersebut adalah jelmaan dari brahmana sakti bernama Kimindama. Kijang jelmaaan brahmana sakti tersbut akhirnya mengutuk Prabu Pandu bahwa kelak akan mendapat siksaan di dalam neraka. Begitulah Batara Guru memberi penjelasan kepada Raden Werkudara.
Raden Werkudara menceritakan kepada Batara Guru bahwa ayahandanya dan ibu Madrim sudah lama mendapatkan siksa neraka dan sudah cukup antara penderitaannya dengan dosa yang pernah dibuat semasa ayahandanya masih hidup. Raden Werkudara memohon kepada Batara Guru agar ayahandanya Prabu Pandu dan Ibu Madrim segera di bebaskan dari siksa neraka dan sudah saatnya di pindahkan ke tempat terhormat yakni swargoloka.
Nampaknya Batara Guru juga masih mengungkapkan dosa Prabu Pandu di hadapan Raden Werkudara, yakni pernah Prabu Pandu meminjam Lembu Andini. Lembu Andiri tersebut bukannya di hormati sebagai binatang suci dari khayangan oleh Prabu Pandu, akan tetapi malah justru sebaliknya, Lembu Andini malah di tunggangi saat bersenang-senang berbulan madu berdua dengan Dewi Madrim kekasihnya kala itu.
Mendengar hal tersebut Raden Werudara langsung menjawab bahwa dosa ayahandanya dan ibu Madrim sudah di tebus dengan penderitaan yang cukup berat di neraka. Bahkan waktunya sudah lama tersiksa di panasanya api neraka. Hingga sudah cukup untuk menebus dosa-dosa ayahandanya dan ibu Madrim, dan kini orang tuanya sudah selayaknya untuk di bebaskan dari siksa neraka.
Mendengar keseriusan dan tekad dan hasrat yang tulus dari Raden Werkudara sebagai anak yang dianggap sangat berbakti kepada orang tuanya, akhirnya Batara Guru menyetujui untuk segera membebaskan Prabu Pandu dan Dewi Madrim dari siksa neraka. Sebab menurut Batara Guru hanya anak yang berbakti yang dapat mengangkat orang tuanya lepas dari siksa neraka.
Raden Werkudara kemudian pergi ke kawah Candradimuka. Kawah yang memiliki lumpur api yang bergejolak sangat dasyatnya, ibarat dapat menelan apa saja yang masuk ke dalam kawah tersebut. Nampak Prabu Pandu dan Ibu Madrim sedang mengalami siksaan yang maha berat di kawah tersebut. Menyaksikan pemandangan apa yang dialami oleh orang tunya, membuat Raden Werkudara sangat hancur hati dan perasaannya.
Menyaksikan betapa tersiksanya orang tuanya, akhirnya berkobarlah tekadnya untuk segera membebaskan entah dengan cara apapun akan dijalaninya. Bahkan tanpa ragu-ragu lagi Raden Werkudara langsung melompat ke dalam kawah Candradimuka yang panasnya sedang bergejolak tinggi. Tapi saat tubuh Raden Werkudara masuk ke dalam kawah Candradimuka, tiba-tiba kobaran api menjadi padam dan kawah Candradimuka berubah menjadi sejuk.
Melihat Raden Werkudara, anaknya yang datang Prabu Pandu dan ibu Madrim langsung menghampirinya dan memeluknya dengan erat sebagai rasa yang penuh kerinduan yang sangat dalam. Pada saat itu juga muncullah para bidadari datang yang akan menjemput Prabu Pandu dan ibu Madrim. Para bidadari tersebut membimbing ke dua orang tua Raden Werkudara keluar dari siksa api kawah Candradimuka dan akan segera dibebaskannya dan akan segera dibawa menuju ke swargoloka.
Melihat ke dua orang tuanya sudah lepas dari siksa neraka, Raden Werkudara merasa puas dan sangat lega hatinya. Tekad dan hasrat untuk membebaskan kedua otrang tuanya dari siksaan neraka sudah berhasil ia laksanakan. Tak lama kemudian Raden Werkudara kembali ke kerajaan dan langsung menuju sanggar pemujaan, tak lama kemudian sukmanya telah menyatu kembali dengan raganya.
Raden Werkudara kemudian memasuki istana Amarta, menemui ibu Kunti dan saudara-saudaranya. Kemudian Raden Werkudara menceritakan pengalaman perjuangannya saat menghadap Batara Guru dan berhasil membebaskan ayahandanya dan ibu Madrim dari siksa neraka.
Selesai mendengarkan kisah pengalaman Raden Werkudara semua saudara-saudaranya berdetak kagum dan sangat bersyukur apabila kedua orang tuanya sudah lepas dari siksa neraka dan kini sudah damai di swargoloka.
Untuk mengucapkan rasa bersyukurnya di istana Amarta, keluarga pandawa kemudian menyelenggarakan upacara ritual suci, berdoa bersama dan bersyukur atas keberkahan dan karunia yang telah diberikan oleh Sang Maha Pencipta kepada keluarga Pandawa.
Sejak peristiwa tersebut akhirnya para keluarga Pandawa merasakan sebuah ketentraman dan kedamaian. Tugas-tugas sebagai satria pengayom rakyat dan melindungi dunia dari para musuh dan perusuh semakian di giatkan dan perketat sedemikian rupa. Tujuannya adalah demi kesejahteraan dan ketentraman alam semesta dan bagi umat manusia.
Wahhh…wah…sebuah cerita atau lakon dunia pakeliran yang sungguh luar biasa, bahkan sangat menyentuh hati para pemirsanya. Nah…ayoo kita saksikan bersama sama pagelaran wayang kulit lakon: Pandu Swargo…bersama sama teman, sahabta dan keluarga kita. Bagi yang belum bisa hadir secara langsung ke lokasi pagelaran…tidaklah usah khawatir..sebab pagelaran oleh “Sang Dalang Salto” ini juga akan disiarkan secara langsung via youtube di channel Andika Multimedia New dan Gatot Jatayu New. Selamat menyaksikan….