Dalam rangka menjalin hubungan yang lebih harmonis, keluarga pejuang 45 menyelenggarakan kegiatan silahturahmi dengan keluarga besar PKRI (Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia). Kegiatan tersebut akan dilangsungkan pada hari Sabtu, tanggal 29 Januari 2022 di gedung Produksi Film Negara, jalan.Otesta Raya No. 125 – 127, Jakarta Timur.
Sementara dalam acara ajang silahturahmi tersebut, puncaknya digelar acara hiburan penuh nilai makna, yakni, pertunjukkan wayang kulit virtual yang di mulai pukul 19.00 sampai pukul 24.00 WIB dengan menmpilkan lakon Bimo Suci yang akan dibawakan oleh tokoh dalang Nasional K.R.T.Ki.H Gunarto Gunatalijendro.SH.MM.
“Lakon, Bimo Suci oleh masyarakat memang sangat disukai, karena dalam lakon ini memiliki nilai kandungan dan gambaran akan hal asal serta arah tujuan kehidupan umat manusia (sangkan paraning dumadi). Menjawab perjalanan kerohanian seseorang untuk dapat bersatu dengan Tuhannya,” tutur dalang salto K.R.T.Ki.H Gunarto Gunotalijendro,SH.MM yang juga peraih penghargaan prestisius Datuk Manggala Budaya Sastra Diraja.
Singkat cerita, Bimo atau Werkudara diperintahkan oleh gurunya Resi Durno untuk mencari Air Perwitasari atau air kehidupan (sangkan paraning dumadi). Konon air perwitasari tersebut berada di hutan Tikbrasara yang letaknya di wilayah gunung Reksamuka. Sesampai di hutan, Bimo dihadang oleh dua raksasa yang bernama Rukmuka dan Rukmokala, dan terjadilah pertempuran yang sengit, tetapi akhirnya Bimo dapat mengalahkan kedua raksasa tersebut.
Bimo paham kalau kenyataannya air perwitasari tidak berada di hutan Tikbrasara, akan tetapi ada di dasar samudra. Akhirnya Bimo langsung pergi menuju ke dasar samudra. Di samudra Bimo bertemu dengan seekor naga besar (simbol kejahatan atau keburukan), dalam pertempuran tersebut Bimo dapat membunuh naga raksasa dengan pusaka kuku pancasona.
Seusai menempuh berbagai macam rintangan, ujungnya Bimo sampai di samudra dan berjumpa dengan sosok kecil yang tak lain adalah Dewaruci. Kemudian Dewaruci meminta agar Bimo masuk kedalam tubuhnya melalui telinga sebelah kanan. Saat berada di dalam tubuh Dewaruci, Bimo menyaksikan seluruh isi alam semesta, panca warna yang melambangkan berbagai nafsu yang merupakan penghalang sebuah cipta, karsa dan rasa untuk bertemu dengan Tuhan.
Gambaran nafsu yang muncul dari warna hitam disebut aluamah, warna merah disebut amarah dan yang muncul dari warna kuning disebut sufiah. Gambaran dari nafsu nafsu aluamah, amarah dan sufiah tersebut merupakan penghalang untuk bertemu dengan Tuhan, hanya warna putih sajalah yang nyata.
Ketenangan dan kebersihan hati akan menuju kesebuah keselamatan. Akan tetapi, warna putih ini hanyalah satu atau sendiri, tidak memiliki teman sehingga banyak mengalami kekalahan. Andai si putih bisa mengendalikan dan menguasahi warna merah, hitam dan kuning, niscaya manunggalnya hamba dengan Tuhan akan terjadi, ujungnya sempurnalah hidup manusia.
Bimo dalam semedinya, menutup mata dan mengatur nafas serta berkonsentrasi penuh untuk kebersihan perasaan dan pikirannya (Cipta Hening). Dalam semedinya tersebut Bimo akhirnya memperoleh wahyu sejati “manunggaling kawula Gusti” bersatunya manusia dengan Tuhannya.
Dari dalam jati diri yang paling dalam tersebut, adanya jalinan kesatuan insan manusia dengan Tuhannya. Kesatuan dengan Tuhannya ini dapat menjadikan manusia melihat kehidupan yang sejati. Sementara versi kejawen, dikenal dengan sebutan “Mati Sakjoring Urip, Urip Sakjroning Mati”. Inti sarinya adalah perjalanan kerohanian manusia untuk bisa masuk ke dalam “Samudra Menanging Kalbu”
Woo….. sekelumit menyimak alur cerita lakon Bimo Suci sungguh menyentuh jiwa dan rasa yang paling dalam….apalagi kita menyaksikan langsung pagelarannya….tambah seru deh…Yukkk kita tunggu saja tanggal mainnya dan kita sekeluarga cukup clik channel youtube Andikamultimedia New dan Gatot Jatayu dan tentu saja kita semua keluarga menyaksikannya sampai tancap kayon…