Wayang Milenial Jakarta yang di komandoni langsung oleh Sang Dalang Salto, yakni, K.R.T.Ki.H.Gunarto Gunotalijendro.SH.HH, telah mendapatkan perintah secara langsung dari pihak Keraton Kasunanan Surakarta untuk menggelar seni budaya adiluhung Nusantara, wayang kulit dengan lakon “Tumuruning Ki. Lurah Semar Bodronoyo Ing Madyopodo”.
Pagelaran ini dilaksanakan dalam rangka untuk menyambut Hari Ulang Tahun Majapahit yang ke 729, dan akan dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 10 November 2022 mulai pukul 20.00 s/d selesai, bertempat di Petilasan Siti Inggil Majapahit, Trowulan, Kedungwulan, Bejijong, Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur.
Inilah Sekelumit kisah lakon“Tumuruning Ki. Lurah Semar Bodronoyo Ing Madyopodo”. Semar dalam cerita pewayangan dikenal sebagai putra Syang Hyang Wisesa, Semar memiliki Mustika Manik Astagina, yang memiliki 8 kekuatan, seperti: Tidak pernah merasa ngantuk, lapar, jatuh cinta, sakit, lelah, kepanasan, kedinginan, sedih dan sakit.
Kekuatan dari mustika manik Astagino tersebut diikatkan di rambut yang berada di bagian ubun-ubun atau kuncung Kyai Semar atau Ismaya. Sementara Ki Semar juga mendapatkan gelar nama yakni, Batara Iswara, Batara Ismaya, Batara Sang Hyang Jagad Wungku, Batara Semara, Sang Hyang Jatiwasesa, Sanghyang Suryakanta. Ia mendapatkan perintah untuk berkuasa di alam Sunyaruri, yang dikenal sebagai alam yang kosong. Kyai Semar tidak dipeebolehkan untuk menguasahi alam atau dunia manusia.
Batara Semar di alam Sunyaruri telah dinikahkan dengan Dewi Sanggani, putri SangHyang Hening. Dalam perkawinananya tersebut, mereka dikaruniahi 10 putra, yaitu: Batara Wungkuam atau Sanghyang Bongkokan, Batara Siwah, Batara Wrahaspati, Batara Yamadipati, Batara Surya, Batara Candra, Batara Kwera, Batara Tamburu, Batara Kamajaya serta Dewi Sarmanasti.
Sementara itu Batara Wungkuam atau Syanghyang Bongkokan sebagai anak sulung memiliki putra yang memiliki bentuk fifik cebol atau pendek, ipel-ipel yang berkulit hitam. Anak berbadan cebol tersebut kemudian di beri nama Semarasanta dan diperintahkan untuk turun Ing Madyopodo. Si alam dunia manusia Semarasanta bertempat tinggal di padepokan Pujangkara serta mendapat tugas untuk mengabdi kepada Resi Kanumanasa di pertapaan Saptaarga.
Di ceritakannya, dalam kemunculan Semarasanta di pertapaan Saptaarga tersebut, di mulai dengan kejadian di kala itu, Semarasanta sedang berlari lantaran dikejar-kejar oleh dua ekor Harimau. Ia kemudian tak sengaja berlari ke arah petapaan Saptaarga dan kemudian mendapatkan pertolongan dari Resi Kanumanasa. Kedua Harimau tersebut kemudian di ruwat oleh sang Resi dan kemudian kedua Harimau itu berubah wujud menjadi dua bidadari yang sangat cantik luar biasa. Bidadari yang tua bernama Dewi Kanestren dan yang muda bernama Dewi Retnawati. Bidadari Dewi Kanestren kemudian dinikahkan dengan Semarasanta sementra Diddari Dewi Retnawati diperistri oleh Resi Kanumanasa. Nah…sejak itu Semarasanta bertugas dan mengabdi kepada Resi Kanumanasa di pertapaan Saptaargo dan di beri gelar Janggan Semarasanta.
Sebagai abdi, Janggan Semarasanta sangat setia kepada tuannya. Ia memberikan anjuran untuk selalu menjalankan laku prihatin dan berpantang, berdoa, mengurangi tidur dan makan. Hal tersebut agar supaya selalu akan mendapatkan pencapaian kemuliaan. Banyak petuah dan saran yang di sampaikan oleh tokoh ini agar dapat mengarah ke dalam hidup keutamaan. Hanya seorang Resi, Pandeta dan Ksatria sajalah yang kuat untuk menjalani laku prihatin, pantang menyerah dan rendah hati dan bersifat prilaku yang mulia yang kuat untuk di asuh olej Janggan Semarasanta.
Bisa diibaratkan bahwa sosok Janggan Semarasanta merupakan rahmat yang tersembunyi. Siapapun kelak yang hidupnya akan diikuti oleh tokoh ini niscaya akan dapat mencapai puncak kesuksesanmya serta akan berdampak dengan kehidupan yang bahagia abadi, baik lahir maupun batin. Dalam ceita pewayangan terdapat tujuh orang yang kuat di emong atau di asuh oleh Janggan Semarasanta, antara lain adalah: Resi Manumanasa sampai enam keturunannya, Sakri, Sekutrem, Palasara, Abiyasa, Pandudewanata bahkan sampai keluarga Pandawa.
Sosok Janggan Semarasanta apabila sedang murka atau marah kepada para Dewa, secara otomatis ia ketitisan oleh eyangnya, yakni Batara Semar. Apabilai diperhatikan secara fisik, Janggan Semarasanta merupakan berbadan pendek atau cebol dan berkulit hitam, akan tetapi sesungguhnya yang ada di balik tubuhnya tersebut adalah pribadi dewa yang bernama Batara Semar atau Batara Ismaya.
Lantaran Batara Semar tidak diperkenankan untuk menguasahi alam manusia atau dunia, oleh sebab itu ia memakai badan wadad cucunya, yakni Janggan Semarasanta sebagai media untuk menitis (tinggal dan menyatu). Dengan adanya hal tersebut akhirnya nama Janggan Semarasanta jarang sekali disebut, bahkan ia lebih dikenal dengan sebuatan Semar.
Semar atau Ismaya merupakan penggambaran sesuatu yang tidak jelas atau tersamar. Yang ada adalah Semarasanta, akan tetapi sesungguhnya Semarasanta tidak ada. Sedang yang ada adalah Batara Semar, ia adalah manusia yang memiliki badan berfisik, cebol, dan berkulit hitam.
Semar adalah misteri, rahasia Sang Pencipta, rahasia tersebut akan disembunyikan kepada orang-orang yang memiliki sifat dan watak egois, tamak, iri dengki, congkak serta tinggi hati. Akan tetapi akan dibuka untuk orang-orang yang sabar, tulus, berbudi luhur sera rendah hati. Orang-orang yang dianugerahi Sang Rahasia atau Semar, hidupnya akan berhasil sampai ke puncak kebahagiaan serta kemulian.
Wow….sungguh luar biasa ya guys….lakon ini sangat menyentuh dan mengandung tuntunan kehidupan yang luar biasa bagi kita semua. Nah…sahabat dan saudaraku semua ayoo kita saksikan bersama pementasan spektakuler dalanh salto kali ini. Sementara yang tidak bisa hadir ke panggung terbuka…silahkan clik ke channel youtube Wayang Milenial Jakarta Andika Multimedia New dan Gatot Jatayu.