Desa Lemahtamba dahulu bernama Padukuhan Cikujang. Ada beberapa cerita rakyat yang beredar tentang awal mula tercipta nama Lemahtamba. Salah satunya menceritakan bahwa, dahulu pada sebuah tempat diadakan sayembara oleh seorang putri yang bernama Nyi Mas Gandasari. Beliau adalah seorang putri dari Panguragan yang terkenal cantik dan sakti mandraguna.
Kemudian ada seorang laki-laki datang menghampiri dan melihat sayembara itu. Laki-laki tersebut bernama Gusti Pangeran Suryanegara. Gusti Pangeran Suryanegara datang dengan menaiki kuda putih. Namun, karena kuda itu kelelahan dan sakit, beliau berhenti sejenak sambil berfikir dan melihat situasi sekitar desa yang ternyata masih di kelilingi pesawahan. Beliau bingung hendak meminta minum kepada siapa. Tetapi di sekitar sawah tersebut ada burung Bangau putih yang sedang minum di bawah pohon Gempol.
Gusti Pangeran Suryanegara mendekati burung Bangau tersebut hendak mencari air. Tepat di bawah pohon Gempol tersebut terdapat sumbuk yuyu atau leng yuyu bule. Kemudian beliau mengambil air beserta tanahnya dari leng yuyu bule tersebut untuk di minumkan kepada kudanya yang sedang sakit. maka di minumkanlah air beserta tanah tersebut kepada kuda putihnya dan dengan seketika, kudanya menjadi sehat dan kuat kembali.
Karena air dan tanahnya bisa menyembuhkan penyakit dan sangat baik, kemudian berucaplah Gusti Pangeran Suryanegara, “Padukuhan ini saya beri nama Lemahtamba”. Karena dikenal dengan Lemah (tanah)-nya yang bisa digunakan untuk obat (Tamba).
Petilasan keramat Pangeran Suryanegara yang berada di Desa Lemahtamba, Kecamatan Panguragan, Kabupaten Cirebon, merupakan salah satu situs cagar budaya Kabupaten Cirebon yang ramai dikunjungi para peziarah, khususnya pada malam jumat kliwon.
Para peziarah berdatangan dari berbagai daerah untuk meminta barokah dan ikhtiar. Setiap malam jum’at kliwon di petilasan ini diadakan tahlilan setelah sholat Isya. Setelah selesai tahlilan, biasanya dilanjutkan berdo’a dan wiridan sampai subuh.