Jangkung, dalam dunia perkerisan biasanya orang menyebutkan sebuah keris yang memiliki ciri khas luk tiga, yang memakai ricikan yang sederhana, yakni: sekar kacang baik yang memakai sogokan maupun tidak.
Dhapur keris luk tiga (Jangkung), umumnya membawakan sifat isi keris yang menunjang cita-cita, karena bentuknya yang membawa perlambang dapat terhindar dari godaan (Fokus pada tujuan).
Dalam bahasa Jawa acap diungkapkan: “Sae kagem ingkang kagungan gegayuhan”, yang memiliki makna akan bermanfaat yang sangat baik untuk orang-orang yang sedang memperjuangkan cita-citanya.
“Jadi, lebih kurang sifat isi keris Jangkung tersebut adalah untuk menambah ambisi dan semangat seseorang dalam mengejer dan meraih sebuah cita-cita dalam hidupnya,” tutur ahli dunia perkerisan Aji Setiaji Suteja serius.
Khususnya di Jawa, Jangkung dimaknai juga sebagai “Jinangkung”. Jinangkung artinya tercapai atau terkabul. Sehingga keris berdhapur Jangkung memiliki makna tercapai atau terkabulnya sebuah doa harapan. Tentu saja doa dan harapan tersebut tidak akan dikbulkan dengan cara yang instan. Karena Tuhan Allah tidak akan menurunkan rejeki dengan cara mak metungul (tiba-tiba), muncul yang seketika. Butuh sebuah jalan, pintu hingga sarana agar rejeki sampai kepada hambanya.
Pintunya adalah niat, tekad dan semangat. Jalannya adalah bekerja, berkarya dan bermitra. Sarananya adalah sebuah alat yang wujud kebendaan, seperti tangan, kaki, warung, toko, barang dagangan hingga sampai pada sebuah sarana yang bersifat spiritualis.
Seusai doa terpanjatkan, pintu terbukakan, jalan terbentangkan dan sarana terpenuhkan, maka Tuhan akan menyelipkan keberkahannya di sela-sela semangat hingga lelahnya kita dalam berusaha.