Keris adalah sebuah benda pusaka budaya warisan para leluhur bangsa Indonesia. Para pembuatnya atau biasa di sebut seorang mpu, dalam menjalankan rutinitasnya akan selalu memperhatikan makna dan bentuk keris pusaka yang akan di hasilkannya.
Seperti halnya dengan keris pusaka yang memiliki pamor Brojol Sumenep, pada zamannya dahulu, penerapan pamor dengan pola atau motif bulatan-bulatan yang tak beraturan acap di sebut dengan “Tetesing Warih”. Akan tetapi banyak juga yang menyebutnya dengan “Udan Mas Tiban”. Tidak salah juga memang sebab pilanya hampir sama lantaran ada bulatan-bulatannya.
Dengan system dan olahan dalam dapur Brojol yang lugas dan sederhana, Simbolisme dan keris tersebut adalalah bahwa jika seseorang itu memiliki prilaku lurus, baik, sederhana dan jujur dengan hanya berharap pada Ridho Tuhan, maka Tuhan akan menurunkan berkahNya.
Melihat bilah dan pamornya, sepintas seperti keris-keris Sumenep tua era sebelum Panembahan Somala. Estimasi abad ke 16 – 17. “Tertapi boleh jadi ia juga merupakan keris tangguh Tuban dengan pengaruh Madura. Karena Arya Wiwaraja yang juga raja Sumenep memiliki anak bernama Rangga Lawe yang kemudian menjadi Adipati Tuban di era Mjapahit,”kata Ki Ahie Suteja pakar perkerisan Indonesia.