Konser Wayang Milenial Jakarta yang menampilkan seorang tokoh dalang Internasional, yakni KRAT. Ki.H. Gunarto Gunotalijendro.SH.MM akan menggelar pertunjukan seni budaya wayang kulit pada hari kamis (Malam Jumat Kliwon), 17 April 2025, mulai pukul pukul 20.00 WIB s/d selesai. Pagelaran kali ini nantinya akan dilangsungkan di Pendopo Ageng Gendhon Humardani, Taman Budaya Jawa Tengah, Jl. Ir. Sutami 57 Jebres, SurakartaJ, Jawa Tengah, dengan menyuguhkan lakon: Tumuruning Batara Ismaya Ing Madyapada.

Wow…sebuah lakon seni budaya wayang kulit yang sedang banyak di tunggu oleh para masyarakat pecinta dan penggemarnya. Apalagi selain lakonnya yang sangat menarik juga dalang yang akan membawakannya adalah KRAT Ki.H. Gunarto Gunotalijendro.SH.MM, seorang tokoh pedalangan yang mumpuni dan ahli dalam bidangnya serta dalam kiprahnya sudah tidak sing lagi di mata dan telinga masyarakat penggemar seni budaya wayang kulit baik Nasional maupun Internasional.
KRAT Ki.H. Gunarto Gunotalijendro.SH.MM, seorang tokoh pedalangan pemecah rekor MURI 2024 ini di kenal di dunia pakeliran dengan julukan “Sang Dalang salto Sewengi Ping Seked”. Tentu saja dalam setiap kiprahnya dalang yang juga dikenal sebagai Duta Budaya Internasional (Eropa, Jepang Amerika, Australia, Vatikan, Roma, Italy) tersebut dalam penampilannya akan selalu memberikan hiburan yang segar bagi masyarakat penggemar dan pecinta dunia pewayangan.

“Saya sangat mencintai seni budaya wayang kulit yang merupakan warisan para leluhur kita, dan saya bertekad untuk terus melestarikan dan menguri uri seni budaya adiluhung ini agar tidak punah di telan zaman globalisasi. Sehingga seni budaya wayang kulit asli Nuswantoro ini tetap langgeng keberadaannya serta dapat terus di nikmati oleh para masyarakat Nasional maupun Internasional,” kata KRAT. Ki.H. Gunarto Gunotalijendro.SH.MM, dalang peraih penghargaan prestisius “Datuk Manggala Budaya Sastra Diraja” ini bangga.

Dalam kisah lakon pewayangan Tumuruning Bathara Ismaya Ing Madyapada tersebut dapat diceritakan bahwa Bathara Ismaya adalah putra kedua Shang Hyang Tunggal dengan Dewi Wirandi, putri dari Prabu Yuyut atau Resi Rekatama raja dari Samodralaya. Bathara Ismaya juga memiliki dua saudara kandung bernama Bathara Tejamaya atau Bathara Antaga dan Bathara Manikmaya. Selain itu Bathara Ismaya juga memiliki tiga orang saudara seayah lain ibu, mereka putra dari Dewi Darmani putri dari Bathara Darmayaka dari Selong. Mereka bernama Bathara Rudra atau Bathara Esa, Batara Dewanjali dan Bathari Darmastuti.
Bathara Ismaya juga di kenal dengan nama Bathara Punggung atau Purwakanda dan menikah dengan Dewi Senggani yang lebih akrab di kenal dengan nama Dewi Kanastren putri dari Bathara Wening. Dari hasil pernikahannya tersebut kemudian lahirlah 10 orang putra, bernama Bathara Tamboro, Batara Wungkuan, Bathara Wrahaspati, Bathara Surya, Bathara Sywa, Bathara Yamadipati, Bathara Kamajaya, Bathara Kuwera, Bathara Chandra, serta Bathari Darmastuti.

Bathara Ismaya awalnya memiliki wajah yang sangat tampan, pada suatu hari Bathara Ismaya berkelahi melawan saudaranya Bathara Tejamaya, perkelahian tersebut terpicu karena mereka memperebutkan haknyak siapa yang tertua dan siapa nantinya yang akan berhak untuk menjadi raja Tribuana. Akibat perkelaian tersebut akhirnya kedua wajah mereka menjadi rusak atau jelek. Kemudian Sang Hyang Tunggal beritahu mereka berdua bahwa dulunnya saat lahir mereka berujud telur. Yang tua bernama Bathara Tejamaya, karena tercipta dari kulit telur, Bathara Ismaya yang kedua karena tercipta dari putih telur sedang Bathara Manikmaya yang ke tiga tercipta dari kuning telur.
Lantaran kesalahannya tersbut, akhirnya mereka berdua harus turun ke Madyapada. Bathara Tejamaya bertugas untuk memberikan tuntunan para angkara dan berganti nama menjadi Togog. Sementara bathara Ismaya mendapatkan tugas menjadi pamong trah Witaradya. Kemudian Batara Ismaya turun di pertapaan Paremana menjelma kepada cucu nya sendiri yang bernama Smara atau Semar putra dari Bathara Wungkuan.

Turunnya Bathara Ismaya ke Madyapada kala itu bertepatan dengan lahirnya Bambang Manumayasa. Sementara itu Manumayasa nantinya adalah seorang ksatria pertama yang menjadi momongan atau asuhan Bathara Ismaya atau Semar. Nah…ksatria Manumayasa inilah yang nantinya akan menurunkan trah Pandawa dan Kurawa.
Semar merupakan Bathara yang sedang mengejawantah, maksudnya adalah seorang Bathara yang menjelma menjadi sosok manusia biasa. Kendati dirinya manusia biasa toh sifat-sifat kadewatannya sesekali bisa muncul. Terutama pada saat-saat dalam situasi dan kondisi yang gawat. Seperti pada saat ketika ada bencana yang sedang menimpa momongannya atau ada salah satu Bathara yang mencoba untuk merusak keharmonian alam. Nah..disitulah Semar akan segera bertindak untuk menentramkan kembali dunia.

Posisinya yang hanya sebagai abdi atau sebagai pengasuh akan tetapi ia juga seorang pengayom serta penghibur lara, misalnya tatkala tuannya sedang mengalami kesusahan. Dalam konsep budaya Jawa Semar merupakan seorang tokoh mitologi yang sangat penting. Bahkan hingga kini banyak yang percaya bahwa Semar masih hidup dan sedang bertahta di Gunung Srandil yang berada di wilayah Cilacap.

Wow sebuah cerita lakon seni budaya wayang kulit yang sangat menarik untuk kita simak dan saksikan bersama dengan keluarga, kerabat serta sabahat kita. Nah…bagi para pecinta dan penggemar dunia pewayangan, yang belum ada kesempatan untuk hadir menyaksikan pagelaran wayang kulit secara langsung kali ini tidak perlu khawatir, sebab pementasan wayang kulit yang menampilkan tokoh dalang sejuta prestasi ini nantinya juga akan disiarkan langsung melalui Channel Youtube Andikha Multimedia New dan Gatot Jatayu New. Nah…Selamat menyaksikan….