Di dalam jagad pakeliran atau seni budaya wayang, nampaknya banyak sekali menampilkan berbagai macam kisah yang di angkat. Dengan adanya hal terebut menjadikan penonton atau penikmat jagad pakeliran tidak asig lagi dengan aneka kisah yang banyak diambil dari sastra kuno, yakni, Mahabaratha dan Ramayana. Bahkan yang menggelitik banyak penikmat wayang lantaran di setiap pagelaran wayang yang di gelar oleh Sang dalang juga akan menyajikan banyak pesan moral hal tata kehidupan. Momen inilah yang banyak ditunggu oleh banyak pemirsa penikmat wayang, karena di momen ini akan muncul empat tokoh wayang yang disebut punakawan yang akan memerankan sebagai penghibur dan menyampaikan pesan pesan moral.
Kempat punakawan tersebut adalah Semar, dan ketiga anaknya yakni, Gareng, Petruk dan Bagong. Arti punakawan sendiri berasal dari kata pana yang memiliki arti mengerti atau paham, sementara kawan maknanya adalah teman atau rekan. Akan tetapi jika menilik dari naskah Ramayana dan Mahabaratha para tokoh punakawan tidak akan ditemukan.
“Punakawan adalah tokoh dunia pewayangan yang diciptakan oleh seorang pujangga Jawa.Tokoh punakawan pertama kali muncul tertuang di dalam karya sastra Ghatotkacasraya, karangan pujangga Empu Panuluh, pada zaman keemasan kerajaan Kediri di jawa Timur,” tutur tokoh budaya Nasional yang sekaligus dalang senior KRT. Gunarto Gunatalijendro SH.MM kepada nuansasupranatural.com.
Lebih rinci di beberkannya, keempat tokoh punakawan yang kemunculannya di momen goro-goro tersebut disetiap tampilannya selalu membawakan kesan keceriaan, serta gaya humor-humor yang menggigit sesuai dengan khasnya.
“Tujuannya adalah untuk mencairkan suasana dan menghibur pemirsanya. Selain hal tersebut, tak ketinggalan para tokoh punakawan juga menyampaikan pesan pesan moral yang memiliki banyak makna filosifi dalam tata cara kehidupan kita, yang layak untuk kita hayati,” kata dalang salto semangat.
Lebih jauh lagi KRT. Gunarto Gunatalijendro SH.MM yang sekaligus Duta Dalang Mancanegara menjelaskan bahwa, kempat tokoh punakawan di dalam jagad pakeliran tersebut masing masing memiliki karakter dan penampilan yang berbeda beda.
Punakawan Semar:
Seperti halnya Semar, punakawan ini akan selalu ada, sebab sebagai tokoh abdi kinasih, dalam cerita Sahadewa dari keluarga Pandawa. Semar acap kali memberikan nasihat bijaknya untuk semua keluarga besar Pandawa. Di sini tokoh punakawan Semar atau Ismoyo digambarkan memiliki karakter yang sabar dan bijaksana. Penampilannya selalu kepala dan pandangan mata ke atas, yang menggambarkan tata kehidupan umat manusia senantiasa agar selalu ingat akan Kebesaran Sang Maha Pencipta. Sementara pakaian baju yang selalu dikenakan oleh Semar adalah kain Semar Parangkusumo yang memiliki makna mamayuhayuning bawono atau menegakkan keadilan serta kebenaran di alam nyata. Konon di blantika spiritual Jawa, Semar dianggap sebagai simbol ke-Esaan.
Punakawan Gareng:
Diceritakan, bahwaawalnya, Nala Gareng merupakan anak Gandarwa (sejenis jin) yang diangkat anak oleh Ki Lurah Semar. Gareng memiliki nama lain, yakni Pancalpamor yang memiliki makna menolak semua bentuk godaan sifat duniawi. Nala Gareng memiliki bentuk fisik agak kurang, kakinya pincang sebelah, hal di ini memiliki makna agar supaya kita wajib berhati hati dalam setiap kali akan mengambil sebuah tindakan.
“Ada dalam sebuah kisah, Nala Gareng dahulunya adalah seorang raja, dan ia sangat congkak, kerjaannya menantang para ksatria untuk bertanding mengadu ilmu kesaktian. Dalam setiap pertempuran tersebut, mereka selalu imbang tidak ada yang kalah dan menang. Kendati pertarungan yang selalu imbang, tapi yang awalnya Nala Gareng itu dulunya berwajah ganteng akhirnya wajahnya berubah menjadi buruk,” tutur tokoh budaya Nasional KRT Gunarto Gunatalijendro SH.MM
Ditambahkannya, Nala Gareng perawakannya berbadan pendek dan selalu menunduk, hal ini memiliki makna kehati hatian dalam menghadapi apapun, kendati banyak memiliki harta duniawi yang melimpah tetap wajib waspada. Ditambah lagi fisik matanya yang juling, hal tersebut memiliki arti Nala Gareng tidak mau melihat sesuatu hal yang mengandung kejahatan. Sementara tangannya ceko atau melengkung, ini menggambarkan bahwa sosok Nala Gareng tidak mau merampas hak milik orang lain.
Punakawan Petruk:
Sosok punakawan Petruk digambarkan suka bercanda, baik gaya tingkah lakunya maupun di ucapannya. Petruk atau yang biasa di sapa Kanthong Bolong ini adalah anak kedua dari Ki Lurah Semar. Petruk suka beramal, sebagai punakawan dan abdi para tokoh Pandawa ia pandai menyimpan rahasia masalah, pandai mengasuh tuannya, sebagai pendengar yang baik serta selalu membawa kegunaan untuk banyak orang.
Suatu cerita, pembangunan candi Sapta Arga sedang berlangsung, kerajaan ditinggalkan penghuninya hingga dalam keadaan kosong. Dampak kekosongan tersebut mengakibatkan Jimat Kalimasada milik Pandawa hilang, rupanya jimat tersebut telah dicuri oleh Mustakaweni. Bambang Irawan anak Arjuna dan abdinya Petruk akhirnya berhasil merebut kembali jimat Kalimasada. Kemudian oleh Bambang Iraman, jimat Kalimasada sementara dititipkan kepada Petruk. Akan tetapi rupanya Petruk menghilangkan pusaka milik Pandawa tersebut. Tetapi untungnya, jimat Kalimasada berhasil ditemukan kembali, akhirnya Petruk meminta maaf atas keteledorannya kepada keluarga pandawa. Nah…dengan adanya kisah cerita ini, Petruk mengingatkan agar memperhitungkan setiap tindakan yang akan dilakukannya dan jangan mudah percaya kepada siapun dan Petruk juga mengajarkan agar kita mau dan siap serta berani mengakui kesalahan yang telah kita dilakukan.
Punakawan Bagong:
Sementara yang terakhir adalah Bagong, punakawan Bagong anak ketika Ki Semar Badranaya. Dalam cerita dikisahkan bahwa Bagong adalah perwujudan manusia yang muncul dari bayangan. Suatu saat, Nala Gareng dan Petruk minta kepada kepada Semar agar dicarikan teman lagi, kemudian Sang Hyang Tunggal bersabda “ Temanmu adalah bayanganmu sendiri,” Seketika muncullah sosok wujud Bagong dari bayangan tersebut.
“Bagong digambarkan berwujud yang memiliki badan gemuk dan pendek serta mulut dan matanya yang lebar. Perwujudannya ini memberikan gambaran sifat yang lancang tetapi juga memiliki watak kejujuran serta sakti lhoo..Bagong acap kali melakukan sesuatu sikap yang tergesa gesa. Tuntunannya, justru kita diingatkan agar memperhitungkan apa yang akan kita lakukan supaya tidak seperti Bagong. Punakawan ini juga mengingatkan, bahwa manusia di dunia ini memiliki berbagai macam tingkah laku dan watak yang berbeda. Tidak semua watak baik, sehingga setiap orang wajib memahami watak dan sifat orang lain,” tutup Ki Dalang KRT Gunarto Gunatalijendro.SH.MM.