Pagelaran Wayang Kulit Lakon”Bambang Sudomolo” di Gelar Acara Walimatul Khitan

Pagelaran Wayang Kulit Lakon”Bambang Sudomolo” di Gelar Acara Walimatul Khitan

Pementasan wayang kulit dalam rangka Walimatul Khitan “Aufa Parhan Sadewa” putra dari pasangan  RT. H. Parlan Supadmo Wiyono Dipuro.SE,MM dan Ng. Setyo Hj. Sri Handayani. S.Pd. M. Ikom iakan digelar hari Sabtu, tanggal 26 Maret 2022 dengan mengambil lakon “Bambang Sudomolo” mulai pukul 20.00 WIB. Pementasan kali ini akan diselenggarakan di Jl. Raden Fatah Gg. Masjid 2 RT.01 RW. 08 No.42 Kp. Parung Serap, Kel  Sudimara Selatan,Kec Ciledug, Kota Tangerang.

Sementara pementasan wayang kulit kali ini akan langsung dibawakan oleh dalang Nasional peraih penghargaan prestisius Datuk Manggala Budaya, yakni K.R.T.H.Ki Gunarto Gunatalijendro.SH.MM. Bagi masyarakat Nasional pecinta budaya pakeliran tentunya sudah tidak asing dengan kiprah dan aksi Sang dalang yang juga memiliki predikat sebagai dalang Duta Eropa dan Jepang tersebut. Setiap memainkan gerak langkah tokoh wayang maupun dialog dialog acap membuat kagum dan kangen bagi para penontonnya.

K.R.T. H.Ki Gunarto Gunatalijendro.SH.MM

Singkat cerita, kala itu Batara Guru dan Batari Uma  sedang asyik berduaan melanglang buana, tanpa disadarinya pakaian Batari Uma mendadak tersingkap akibat terpaan angin. Melihat hal tersebut tib tiba Batara Guru tergugah nafsu birahinya. Tetapi hasrat dan kemauan Batara Guru ditioak oleh Batari Uma. Akibat penolakan hasrat birahi Batara Guru yang sudah memuncak tersebut, akhirnya Batara Guru murka kepada Batari Uma, dan mengutuk  Batari Uma menjadi Raksasi bernama Batari Durga.

Dalam cerita pewayangan, setelah Batari Uma berubah wujud menjadi raksasi, bertempat tinggal di hutan Setra Gondho Mayit, berkumpul dan menguasai para setan dan jin prayangan. Kelak agar supaya Batari Durga dapat berubah wujud kembali ke aslinya, yakni Batari Uma, ia harus di ruwat oleh salah satu satria Pandawa bernama Sadewa.

Kala itu di negeri Astina, datanglah  dua raksasa yang bernama Kolonjaya dan Kalantaka. Kedua raksasa tersebut siap membantu Kurawa untuk membunuh para Pandawa. Dalam perjalanan menuju Amarta, kedua raksasa yang disertai prajurit Kurawa di hadang oleh Raden Gathotkaca dan putra putra Pandawa. Pertempuran pun tak bisa dihindari, dan pertempuran tersebut dimenangkan oleh prajurit Kurawa.

Para Pandawa yang kala itu dihadap oleh Prabu Kresna sedang bermuram durja akibat Dewi Kunti yang sedang sakit dan belum dapat disembuhkan. Sementara Raden Sadewa yang diutus oleh para saudaranya untuk menghadap kepada Resi Abiyasa belum kunjung kembali.

Tak lama kemudian tiba tiba Raden Sadewa telah kembali dan menyampaikan kepada Prabu Kresna sabda dari Resi Abiyasa. Setelah menerima sabda dari Resi Abiyasa, akhirnya Prabu Kresna mengusulkan agar supaya para Pandawa mengucapkan nadar (janji) yang ditujukan kepada Dewi Kunti yang kemudian mengikuti Raden Sadewa meninggalkan Amarta.

Tak lama kemudian, tiba tiba datang musuh utusan Kurawa yang ingin menumpas para Pandawa, pertempuran pun terjadi dan Raden Werkudara sempat melawan, tetapi kalah dan tubuh Raden Werkudara ditelan oleh raksasa Kolonjaya.

Sementara Dewi Kunti Talibrata yang sedang mengalami sakit ikut Raden sadewa meninggalkan Amarta menuju ke tengah hutan. Dewi Kunti dimasuki roh jin Kalika utusan Batari Durga yang menyampaikan keinginan cintanya kepada Raden Sadewa.

Batari Durga datang untuk meminta Sadewa meruwat dirinya agar supaya ujudnya kembali cantik jelita seperti sedia kala, akan tetapi Raden Sadewa menolaknya, penolakan tersebut akhirnya membuat Batari Durga murka. Pada saat itu juga Batara Guru memasuki Raga Raden Sadewa sehingga membuat tubuh Batari Durga menjadi lunglai.  Dalam kondisi tersebut maka segeralah Raden Sadewa meruwat Batari Durga.

Dengan keberhasilannya meruwat batari Durga tersebut, akhirnya Batara Guru memberikan anugerah nama Raden Sudomolo serta memperoleh jodoh seorang putri dari pertapaan Prang Alas bernama Endang Soka, putri dari Begawan Tamba Petra. Sementara Batara Guru dan Batari Durga yang sudah berubah ujud kembali menjadi Batari Uma langsung naik ke khayangan.

Begawan Tamba Petra dan putrinya, membicarakan perihal mimpinya telah berjumpa dengan Raden Nakula dan Raden Sadewa.

Sementara Prabu Kresna dan Prabu Kuntadewa yang sedang mencari kepergian Dewi Kunti dan Raden Sadewa, tiba tiba datanglah Raksasa Kolonjaya dan Kalantaka. Akhirnya terjadilah pertempuran yang sengit, akhirnya kedua raksasa tersebut berubah wujud menjadi Batara Citragada dan Batara Citrasena.

Wow….sebuah lakon wayang yang memiliki alur cerita luar biasa….dan patut untuk kita tonton bersama keluarga kita. Nah..cukup kita clik channel youtub Andika Multimedia New dan Gatot Jatayu