Masyarakat Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah akan mendapatkan hiburan segar, apa itu….??? Adalah….Pagelaran seni budaya wayang kulit yang akan dilangsungkan dengan menampilkan dalang Duta budaya Internasional Eropa, Jepang, Amerika, Italia dan Australia, K.R.T.Ki.H.Gunarto Gunotalijendro.SH.MM yang berjuluk “Sang Dalang Salto”. Hal tersebut lantaran beliau ahli, terampil dan cekatan dalam memainkan gerakan setiap tokoh wayang yang di pegangnya. Wow…sungguh luar biasa….

Pagelaran seni budaya wayang kulit yang akan dilangsungkan pada hari Sabtu, 22 Februari 2025, mulai pukul 20.00 s/d selesai, bertempat di RT.01/RW.02 Desa Bener Wetan, Kecamatan Ambal, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah tersebut nantinya akan membawakan lakon yang banyak di gemari oleh masyarakat pecinta wayang kulit, yakni “Begawan Ciptaning”.

Wow….pasti pagelaran seni budaya wayang kulit kali ini bakal akan dimeriahkan dengan para penontonnya yang akan membludagK. Apalagi pagelaran wayang kulit kali ini akan menampilkan lakon yang banyak di tunggu-tunggu oleh para penggemar dan pecinta dunia seni budaya wayang kulit. Bahkab, dalang yang akan membawakannya adalah seorang tokoh budaya Nasional dan Internasional sekaligus pemegang REKOR MURI 2024, yakni K.R.T.Ki.H.Gunarto Gunotalijendro.SH.MM. Wahh…wahh…pasti pagelaran seni budaya wayang kulit ini dipastikan akan keren dan meriah ya guys…

Sekilas lakon pewayangan Begawan Ciptaning, diceritakan sosok Raden Arjuna yang sedang menjalankan laku tapa brata di Gua Mintaraga yang berada di wilayah Gunung Indrakila dan bergelar Begawan Ciptaning. Nah…dalam menjalankan lelakunya tersebut, Raden Arjuna banyak mendapatkan cobaan yang sangat berat, yang semuanya bertujuan untuk menggaagalkan niat hatinya dalam menjalankan lelaku tapa bratanya. Godaan yang dialaminya tersebut tidaklah hanya sekedar penampakan wujud makhluk biasa, tetapi juga para dewa dan bidadari dari Khayangan Giri Saloka.

Berawal cobaan yang dialami oleh Raden Arjuna adalah yang berasal dari para bidadari yang berjumlah tujuh, mereka itu diutus oleh Shang Hyang Batara Indra. Tetapi lantaran keteguhan hati dan jiwa Arjuna, semua godaan para bidadari yang menggodanya yang dilambangkan tujuh warna pelangi di dunia tersebut tidak dapat menggoyahkan ketekunan Raden Arjuna dan akhirnya para bidadari tersebut gagal total. Akhirnya para bidadari tersebut pulang kembali ke Khayangan dengan membawa kegagalamn serta merasa malu yang teramat luar biasa.

Tak lama kemudian muncul pula godaan lain dari Shang Hyang Bathara Indra yang kala itu menyamar sebagai seorang resi tua yang bertubuh sangat renta. Resi tua tersebut membicarakan hal apa arti atau maknanya melakukan tapa brata, andai hanya untuk sekedar memburu kenikmatan di dunia dan hanya untuk memenuhi keinginan pribadi dan keluarga.

Nampaknya pertanyaan resi tua renta tersebut di jawab dengan gamblang oleh Begawan Ciptaning. “Sang Resi, tapa brataku ini tidaklah untuk memburu keindahan dan kenikmatan dunia semata, akan tetapi untuk mengukuhkan darmaku sebagai seorang kesatria Pandawa. Tidak ada hubungannya dengan diri pribadi dan keluarga, yang aku utamakan justru jalan kebenaran dalam tata kehidupan bersama,”.

Nampaknya godaan yang di alami oleh Begawan Ciptaning belum selesai, godaan lain muncul sosok berujud binatang celeng yang merupakan jelmaan dari Dibya Mamang Murka, utusan dari Prabu Niwata Kawaca, raja dari negara Manimantaka. Lantaran memiliki kesaktian yang luar biasa, akhirnya Sang Begawan Ciptaning dapat mengantisipasi godaan tersebut.

Begawan Ciptaning mendapat godaan lagi, berasal dari perwujudan dua satria yang merupakan jelmaan Shang Hyang Manikmaya (Bathara Guru) dan Shang Hyang Kanekaputra (Batara Narada). Tetapi kedua satria yang kala itu ikut serta melenyapkan Dibya Mamang Murka dengan senjata panah tersebut dapat pula di kalahkan oleh Begawan Ciptaning.

Karen tidak bisa menggoyahkan jiwa dan hati Begawan Ciptaning, akhirnya kedua ksatria tersebut merubah wujud aslinya, yakni Shang Hyang Manikmaya dan Shang Hyang Kanekaputra. Dari peristiwa tersebut, akhirnya Begawan Ciptaning mendapatkan keanugerahan berupa senjata sakti panah Pasopati. Panah Pasopati adalah sebuah senjata yang bisa membinasakan segala keangka murkaan Prabu Niwata Kawaca, raja raksasa yang punya hasrat untuk menyunting Bathari Supraba.

Wah….sebuah lakon pewayangan yang sangat menarik untuk disimak dan disaksikan bersama dengan saudara dan sahabat. Nah…agar supaya tidak penasaran ….mari kita saksikan bersama lakon seni budaya wayang kulit yang merupakan sebuah tontonan dan tuntunan ini. Bagi penggemar dan pecinta wayang kulit di manapun berada yang belum sempat hadir secara langsung kelokasi pagelaran, tidak usah khawatir…Anda semua bisa menyaksikannya secara langsung lewat channel Youtube Andika Multimedia New dan Gatot Jatayu New….selamat menyaksikan….