Konser Wayang Milenial Jakarta akan menggelar pertunjukkan seni budaya wayang kulit dengan lakon “Anoman Lahir”. Pagelaran seni budaya adiluhung Nusantara ini akan di laksanakan pada hari Sabtu (Malam Minggu), 3 Februari 2024, mulai pukul 20.00 WIB s/d selesai, bertempat di SMK Negeri 3 Banyumas, Jl. Gatot Subroto No.1 Sudagaran, Banyumas, Jawa Tengah.
Pagelaran seni budaya wayang kulit kali ini diselenggarakan dalam rangka untuk menyambut HUT ke 46 SMK Negeri 3 Banyumas, Jawa Tengah, dan akan di bawakan langsung oleh tokoh Dalang Internasional, yakni K.R.T.Ki.H.Gunarto Gunotalijendro.SH.MM. Wow…mantab sekali lurr…
“Saya mengucapkan selamat hari ulang tahun yang ke 46 untuk SMK Negeri 3 Banyumas, semoga terus berkarya demi lestarinya budaya, sehingga budaya terus dicintai oleh kaum millenial. SMK Negeri 3 Banyumas luar biasa, salam budaya,” kata K.R.T.Ki.H.Gunarto Gunotalijendro.SH.MM atau yang biasa di kenal dengan julukan “Sang Dalang Salto” bersemangat.
K.R.T.Ki.H.Gunarto Gunotalijendro.SH.MM berupakan seorang tokoh dalang sejuta prestasi dan peraih penghargaan pristisius Datuk Manggala Budaya Sastra Diraja ini adalah sosok pengemban misi penguri-uri seni budaya Nusantara, khususnya seni budaya wayang kulit agar tetap dicintai oleh kaum milenial serta bertugas mulia untuk menduniakan budaya wayang kulit.
“Wayang kebanggaanku….wayang jagadku. Hidup wayang Indonesia,” itulah motto tokoh dalang Internasional K.R.T.Ki.H.Gunarto Gunotalijendro.SH.MM.
Singkat cerita lakon: Anoman lahir: Kala itu Dewi Anjani sedang mengalami kesedihan di hatimya, hal ini lantaran raut wajahnya yang awalnya cantik jelita kini telah berubah wujud menjadi wajah kera. Melihat hal tersebut akhirnya ayahnya, yakni Begawan Gotama memberikan nasehat dan saran agar supaya Dewi Anjani melakukan ritual tapa kungkum di telaga Madirda. Syaratnya adalah hanya sebatas kepalanya saja yang boleh berada di permukaan air. Selama menjalankan ritual tapa kumkumnya, Dewi Anjani hanya makan benda-benda yang hanyut di permukaan air dan yang melewati di depan mulutnya.
Sudah berbulan-bulan Dewi Anjani melakukan ritual tapa kumkumnya, suatu saat Batara Guru sedang melakukan langlang buana, mengamati dan memeriksa situasi kondisi jagad raya. Pada saat Batara Guru sedang terbang melintasi telaga madisda, batara Guru melihat sesosok tubuh wanita yang sedang kungkum di telaga yang berair bening tersebut. Tanpa disangka gairah seksnya langsung bergejolak, tanpa di sadari jatuhlah kama atau maninya dan menimpa sehelai daun asam muda atau sinom (Jawa). Daun asam muda tersebut melayang jatuh dan kemudian hanyut ke permukaan telaga Madirda dan tepat di depan mulut Dewi Anjani yang sedang melakukan ritual tapa kungkumnya. Tanpa berpikir panjang Dewi Anjani langsung memakan daun asam muda tersebut.
Setelah daun asam muda tersebut tertelan dan masuk kedalam perut Dewi Anjani, ia merasakan gejolak perutnya mengalami perubahan, ia merasakan kalau dirinya seakan akan sedang hamil. Kemudian Dewi Anjani mencari cari siapa yang menjadi penyebab kalau dirinya hamil. Tidak lama kemunudian dirinya melihat sosok Batara Guru yang sedang melayang tepat di atasnya, kemudian segera Dewi Anjani menuntut bertanggungjawaban kepada Batara Guru atas janin yang berada di dalam kandungannya. Nampaknya Batara Guru tidak mengelak, bahkan beliau akan bertanggung jawab atas peristiwa yag menimpa Dewi Anjani.
Nahh…ketika saatnya Dewi Anjani melahirkan, Batara Guru mengutus para bidadari untuk memberikan pertolongan kepada sang jabang bayi yang berwujud kera putih. Kemudian Dewi Anjani juga di ruwat sehingga wajahnya kembali berujud menjadi cantik jelita seperti sedia kala. Bahkan…Dewi Anjani kembali menjalani kehidupannya di khayangan.
Suatu hari di khayangan, nampak Batara Guru sedang menimang dan memangku bayi berwujud kera putih yang lahir dari kandungan Dewi Anjani. Bayi yang berwujud Kera putih mulus tersebut kemudian oleh Batara Guru di beri nama Anoman.
Menyaksikan hal tersebut nampaknya Batara Narada tidak tahan untuk menahan tawanya, kemudian Batara Guru segera menghampiri Batara Narada dan langsung menempelkan sehelai daun nila di punggung Narada. Anehnya setelah daun menempel di punggung Batara Narada tiba tiba menggelendot seekor bayi kera berwarna biru nila. Kemudian bayi kera biru nila tersebut di beri nama Anila.
Melihat hal tersebut akhirnya Batara Narada menjadi bahan tertawaan para dewa yang berada di sekitarnya. Karena merasa di jadikan bahan tertawa, segera batara Guru memerintahkan kepada semua dewa untuk menciptakan seekor kera untuk dijadikan anaknya para dewa.
Wahh…wahh…sungguh sebuah cerita lakon wayang yang sungguh luar biasa….ayoo lurr…semuanya jangan lupa mari kita saksikan kiprah “Sang dalang salto” ini sampai tancap kayon yang akan membabar lakon wayang yang sedang banyak di nantikan oleh para kaum pecinta seni budaya wayang kulit Nasional maupun Internasional. Sementara yang belum bisa hadir langsung ke lokasi…tidaklah usah khawatir, sebab pagelaran kali ini juga akan disiarkan langsung di Youtube Channel Andika Multimedia New & Gatot Jatayu New catat tanggal mainnya dan jangan sampai lupa ya lurr…