Kedaton Nusantara Jayakarta pada hari Rabu tanggal 27 Desember 2023 telah menyelenggarakan acara berupa Sarasehan Cakra Manggilingan serta doa bersama untuk menuju Indonesia emas. Acara spektakuler yang dihadiri oleh para tokoh budaya Nusantara tersebut berjalan dengan rasa sukses.
Acara yang yang penuh dengan rasa citra berkebangsaan Indonesia ini terlebih di awali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan sikap berdiri serentak. Kemudian dilanjutkan dengan sambutan yang di bawakan oleh, Duli Yang Mulia Yang Dipertuan Agung Ratu Srikandi Pertiwi Diraja Nusantara, Dra.Elly Yuniarti.MS.MM. Trah Kerajaan Sriwijaya Basemah Nusa Sumatra bagian Selatan.
Sementara Sarasehan Cakra Manggilingan tersebut dipimpin langsung oleh Duli Yang Maha Mulia Sripaduka Baginda Berdaulat Agung Maharaja Kutai Mulawarman, Prof.Dr.M.S.P.A. Lansyah Rechza.FW.ph.D. Yang Dipertuan Agung Diraja Nusantara. Dan, sebagai pembicara saraehan kali ini adalah: Duli Yang Dipertuan Mahadatu Rajawali Diraja Nusantara Dr.P.N.A. Mas’ud Thoyib.JH.BA.MBA (Prabu Amiluhur Kedaton Nusantara Jayakarta). Sri Edo Sriyanto Galgendu sebagai tokoh Pemimpin Spiritual Nusantara. Dr. Bambang Purwanto sebagai tokoh Penelisik Hartakarun Nusantara dan Muhammad Fitrah sebagai tokoh pemrakarsa kembali ke UUD 45 dan Pancasila Asli.
Menurut Sri Eko Sriyanto Galgendu, Cakra Manggilingan adalah sebuah falsafah bagi masyarakat Jawa. Cakra Manggilingan tergabung dari dua suku kata Cakra dan Manggilingan. Cakra adalah senjata Sri Batara Kresna (dunia pewayangan) yang berwujud roda besi bulat bergerigi sedang Manggilingan berasal dari kata giling yang bermakna menggelinding atau berputar.
“Jadi secara umum Cakra Manggilingan adalah sebuah perlambang yang mengibaratkan siklus yang tiada henti dalam setiap kehidupan yang dijalani oleh manusia. Kehidupan manusia yang layaknya roda yang terus berputar, terkadang diatas dan kadang di bawah yang akan selalu menyelimuti kehiduan manusia. Nah seperti itulah layaknya apa yang di gambarkan dengan falsafah Jawa, Cakra Manggilingan,” kata Sri Eko Sriyanto Galgendu.
Dalam acara sarasehan kali ini juga di gelar Peraga Para Sakti Nusantara oleh, YM.Yasana dan Edwin Agus Sukarta dari Terah Sriwijaya Basemah Kaur Bintuhan Provinsi Bengkulu. Dan sebagai penghujung acara, ada penganugerahan kepada para tokoh budaya yang memiliki peran sebagai penggiat budaya kearifan lokal Nusantara dari Kedaton Nusantara Jayakarta.
Para tokoh tersebut adalah: Duli Yang Mulia Sripaduka Baginda Berdaulat Agung Maharaja Kutai Mulawarman Prof.Dr.M.S.P.A. Lansyah Rechza.FW.Ph.D.Yang Dipertuan Agung Diraja Nusantara menerima Rekor Supranatural Indonesia Resi Paraloka Nusantara.
Murthi Museum Rekor Terhebat Indonesia dianugerahkan kepada Duli Yang Dipertuan Agung Sultan Syarif Muhammad ash-Shafuddin Ratu Bagus Hendra Bambang Wisanggeni Soejaatmadja Sultan Banten XVIII dalam perannya membangkitkan peradapan Kesultanan Banten.
Datuk Dirajawali Joko Budiono yang berkiprah di bidang Gastronomi dan Lanskap Nusantara. Datuk Sepuh Kelik Prayoga bidang membangkitkan budaya spiritual Aji Saka. Mohammad Fitrah dianugerahi Datuk Dirajawali. Yarsana di anugerahi Datuk Dirajawali. Edwin Agus Sukarta di anugerahi Datuk Dirajawali. Taufik Arif di anugerahi Datuk Dirajawali. Andi Prabu memperoleh anugerah Datuk Dirajawali dan Drs. Sigit Widodo Nugrohadi.MM di anugerahi Gelar Datuk Dirajawali Satya Negara Hadiningrat.
Anugerah Diraja Nusantara: memberikan anugerah kepada Yarsana dan Edwin Agus Sukarta sebagai tokoh Parasakti Nusantara. Anugerah Maharaja Kutai Mulawarman: Abdul Latif dianugerahi Gelar Pangeran Mahapati Diraja Abdul Latif dengan jabatan. Mahapatih Radja Nusantara Kemaharajaan Kutai Mulawarman.
Selesai acara penyerahan anugerah kebangsawan kepada para tokoh penggiat budaya Nusantara tersebut dilanjutkan dengan pembacaan doa untuk menuju sukses Indonesia emas yang dilakukan oleh para tokoh lintas agama Nusantara Indonesia. Serta diakhiri dengan acara potong tumpeng dan makan bersama.