Tirakatan Tradisi zaman dahulu yang banyak dilakukan masyarakat Jawa pada saat-saat tertentu Terlebih lagi pada bulan Suro yang merupakan bulan pertama penggalan Jawa. Bulan Suro Hampir Sama dengan bulan Muharan yang merupakan bulan pertama Tahun Hijriah penggalan Islam, karena perhitungan Penanggalan Jawa maupun Perhitungan Penanggalan Islam sama-sama berdasarkan Perhitungan perputaran bulan atau sering disebut Tahun Komariah walaupun sebenarnya beda antara Suro dan muharam itu.
Kata Tirakatan berasal dari kata dasar Tirakat yang sebenarnya berasal dari bahasa arab yaitu Toriqot dan setelah beradaptasi dengan lidah/lafal jawa jadi kata Tirakat dan dapat akhiran an jadi Tirakatan yang kurang lebihnya dalam bahasa jawa diartikan Laku/Lakon/Nglakoni yang dalam bahasa Indonesia artinya Jalan/Perjalanan/Menjalani.
Jadi Tirakatan merupakan suatu laku yang di lakukan atau suatu jalan/cara yang di jalani untuk tujuan-tujuan yang ingin di capai Seseorang. Sebagai contoh dalam kepercayaan Masyarakat Jawa Malam-malam di bulan Suro terlebih lagi pada Malam Jumat adalah malam penuh Keberkahan, Oleh sebab itu Beragam Laku/jalan/cara dilakukan Masyarakat Jawa yang biasa di sebut sebagaiTirakatan Ngalap Berkah… Apa itu Tirakatan Sudah jelas Pada paparan di atas, namun apa maksud Ngalap Berkah?
Ngalap Berkah, ada dua kata dalam kalimat itu yaitu Ngalap dan Berkah.
Ngalap Berkah
Ngalap berasal dari kata dasar Kalap yang artinya Tenggelam,Ngalap bisa berarti menenggelamkan diri.
Berkah sama dengan Barokah atau Pemberian Yang Besar.
Ngalap Berkah sama dengan Menenggelamkan Diri dalam Keberkahan atau Kebarokahan. Di Bulan Suro Bulan Pertama perhitungan Tahun Jawa Dipercaya Penuh dengan Keberkahan sehingga dengan Tirakatan bisa Mudah Rejeki, Dekat Jodoh, Dapat Kesaktian dan sebagainya, Sehingga dahulu banyak sekali Beragam cara Tirakatan dilakukan Masyarakat agar Kalap atau Tenggelam alias mendapatkan Berkah Bulan Suro.
Tirakatan Atau Jalan/Cara yang Dilakukan diantaranya adalah dengan Puasa bahkan dengan bertapa, Pantang Tidur Semalaman dan lain semacamnya.
Puasa yang Dilakukan Masyarakat Jawa zaman dahulu tidak sama dengan Puasa yang dilakukan umat Islam pada umunya di mana puasa umat Islam dilakukan dengan menahan makan minum dan Segama dari fajar sidiq sampai terbenamnya matahari, sedangkan Puasa yang dilakukan Orang Jawa zaman dahulu tidak seperti itu, Puasa orang jawa ada bermacam-macam diantaranya Poso Mutih, Poso Ngrowot, Ngebleng Berendam di kali pada malam hari dan sebagainya, Beda nama Puasa beda pula yang dilakukan dan tata caranya. Untuk selengkapnya mungkin di tulis pada posting selanjutnya.
Selain Puasa cara Tirakatan juga Dengan Pantang Tidur Semalaman yang zaman dahulu Masyarakat Jawa di malam malam bulan Suro biasanya Berjalan-jalan dengan menyinggahi tempat tempat tertentu sebagai contoh petilasan orang orang Terkenal yang biasanya sakti mandraguna dan Makam-makam leluhur. Setiap Malam sepanjang jalanan pada masa itu tidak pernah sepi Selama bulan Suro, Lebih-lebih lagi Pada Malam jum’at Jalan-jalan Tertentu bisa sangat Padat Penuh dengan orang berjalan-jalan dengan tujuan tertentu.