Umbul Donga Ruwahan 1444 H Dalang Salto Mbabar Lakon Trigonggo Takon Bopo

Umbul Donga Ruwahan 1444 H Dalang Salto Mbabar Lakon Trigonggo Takon Bopo

Kembali akan beraksi, dalang wayang kulit Nasional K.R.T.Ki.H.Gunarto Gunotalijendro.SH.MM yang dikenal sebagai “Sang Salto Sewengi Ping Seked” akan menggelar pertunjukkan seni budaya Nusantara dalam rangka Umbul Donga Ruwahan 1444 H. Acara ini akan dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 25 Februari 2023. Pagelaran wayang kulit yang  di bawakan langsung oleh dalang   duta budaya Eropa dan Jepang ini akan membabar  lakon “Trigonggo Takon Bopo”.

Pagelaran seni budaya adiluhung Nusantara tersebut rencana akan di langsungkan di Rumah Sri Kuncoro Brimob Jl. Bhakti Asri, Gg, Jian Kp. Sindang Karsa. Rt.05/09 Sukamaju Baru, Tapos, Depok. Sementara pagelaran ini akan berlangsung mulai pukul: 20 s/d selesai.

Dalang Nasional K.R.T.Ki.H.Gunarto Gunotalijendro.SH.MM

Wahh…wahhh….wahh…sebuah tontonan yang penuh dengan tuntunan hidup yang wajib dan harus kita saksikan bersama sampai tancap kayon. Nah…ayoo…kita tunggu tanggal mainnya dan langsung datang ke arena pertunjukkannhya, akan tetapi apabila masyarakat pecinta seni budaya wayang kulit yang belum bisa hadir, tak perlu khawatir…tinggal clik saja Channel Youtube Andhika Multmedia New, Dalang Brimob dan Gatot Jatayu.…kesemua channel tersebut akan menyiarkan secara langsung kiprah dalang salto ini.

Lakon Trigonggo Takon Bopo merupakan cerita pewayangan yang mengambil versi Ramayana, dan lakon ini sebenarnya sudah banyak di tumggu-tunggu oleh masyarakat penggemar seni budaya wayang kulit.  Kisahnya sekilas adalah….

Kiprah Dalang Salto

Kala itu Prabu Rahwana atau Dasamuka sedang duduk di dampar kencananya dengan hati yang masih bersedih, memikirkan dan mengingat Sarpakenaka, adik prempuannya telah gugur di medan laga. Bahkan belum selesai dengan kesediahan di tinggal adik perempuannya, Prabu Dasamuka mendapatkan khabar dari intel negeri Alengka bahwa pamannya, Patih Prahasta telah mati dengan cara mengenaskan, kepalanya hancur setelah bertarung dengan Anila.

Dasamuka kini masih memikirkan bagaimana caranya untuk bisa mengalahkan Prabu Ramawijaya dan para wadyabalanya yang berwujud kera atau Wanara. Berbagai cara dan taktik yang ditempuh oleh Prabu Dasamuka dan tentaranya belum berhasil untuk menundukkan Prabu Ramawijaya dan wadyabalanya. Dengan hal tersebut akhirnya membuat Prabu Dasamuka menjadi pusing dan gusar.

Suatu ketika…ada dua satria yang ingin menghadap kepada prabu Dasamuka.  Kedua satria tersebut yang satu memiliki perwujudan yang sangat mengerikan yang bernama Bukbis atau Pertalamariam, sedang satunya berujud kera ingusan yang mengaku bernama Trigonggo. Dalam pengakuannya Trigonggo adalah adik ketemu gede dari Bukbis.

Pada saat itu ketika Bukbis  sedang muncul dari air tempat kediaman ibunya yakni, Dewi Urangayu Bukbis melihat ada sesosok kera putih. Nah…keika ditanya…siapakah dirinya…kera putih tersebut menjawab kalau tidak tahu siapa dirinya., dan juga tidak tahu siapa orang tuanya. Kemudian oleh Bukbis kera putih trsebut di beri nama Trigonggo dan langsung diajak bersama sama untuk mencari orang tuanya. Konon, menurut Dewi Urabgayu, Bukbis masih memiliki darah keturunan Alengka.

Akhirnya Bukbis dan Trigonggo bsa bertemu dengan penguasa Alengka tersebut, dalam pertemuan itu Prabu Dasamuka mempertanyakan kepada dua tamunya itu dari mana, dan hendak ada keperluan apa.

“Saya bernama Bukbis yang mulia Prabu Dasamuka, dan saya mendapatkan informasi dari ibu Dewi Urangayu apabila ayah saya masih ada trah Alengka, hingga saya yakin kalau yang mulia paduka Prabu Dasamuka adalah orang tua saya. Sementara adik saya Trigonggo ini juga meninggalkan ibunya untuk mencari ayahnya yang hingga sekarang tidak diketahui. Akan tetapi saya mempunyai keyakinan bahwa paduka Prabu Dasamuka adalah juga ayah dari adik saya Trigonggo ini,” kata Bukbis dengan semangat kala itu.

Aksi Para Waranggono

“Wahhh…..kurang ajar, sontoloyo kalian berdua…..saya tidak bakalan akan mempunyai anak seperti kalian,” jawab Prabu Dasamuka kala itu dengan gemuruh kemarahan hatinya usai mendengar pengakuan Bukbis.

Akan tetapi Prabu Dasamukatiba-tiba memiliki pemikiran untuk memperalat kedua satria di hadapannya tersebut. Keduanya akan di peralat untuk membantu menyingkirkan Ramawijaya dan wadyabalanya. Sebab semenjak kematian Prahasta Prabu Dasamuka belum mengangkat atau menunjuk senopati Alengka yang baru.

“Wahaii…ketahuilah bahwa trah Alengka keturunan Dasamuka tidak ada yang tidak memiliki kesaktian, oleh sebab itu Bukbis tunjukkan kesaktianmu di hadapan ayahmu ini,: menfdengar perintah dari ayahnya Bukbis langsung sigap ingin menunjukkan kelebiahan dn kesaktiannnya.

Bukbis lalu bersembah sungkem dan segera mengenakan topeng baja, seusai mengenakan topengnya, nampak mata Bukbis berubah menjadi merah bagaikan darah. Dari mata Bukbis  dapat mengeluarkan sinar yang menyerupai api. Dampaknya  apa saja yang terkena  sorotan mata Bukbis akan terbakar hangus. Bahkan Bukbis berkesempatan mengarahkan sorotan matanya ke Prabu Dasamuka, seketika Prabu Dasamuka merasakan kesakitan, bahkan sempat berlari dari dampar kencana untuk sekedar menghindari sorotan mata Bukbis.

“Sudah cukup Bukbis aku mengakui akan kesaktian dan kelebihanmu itu….dan segera lepas topengmu itu…..ha…ha…kamu memang darah dagingku Bukbis. Kesaktian dan kelebihan yang kau miliki sama dengan yang dimiliki oleh anak anakku yang lain,” kata Prabu Dasamuka  sambil memeluk Bukbis yang batinnya telah mendapatkan tambahan tenaga dalam perang melawan Ramawijaya nanti.

Kemudian Prabu Dasamuka melirik kepada sosok kera putih yang bernama Trigonggo. “Haii…kethek putih bau ingusan, kendati saudaramu ini Bukbis sudah aku akui sebagai anakku…tetapi jangan kau anggap aku raja Alengka  akan mengakui kau sebagai anakku…yang wujudnya  munyuk kayak dirimu itu,” kata Prabu Rahwana.

“Duhh…Prabu, hamba ini adalah saudara Bukbis. Sudah semestinya apabila hamba termasuk juga putra paduka prabu. Ketahuilah prabu…kami berdua sudah lama kerkelana untuk mencari bopo,”sahut Trigonggo.

“Baiklah…sebenarnya Dasamuka tak sudi mengakui kethek elek sepertimu sebagai anak. Tapi ya biarlah tetapi harus ada syaratnya, kau harus bisa membuktikan kesaktian dan kelebihanmu. Apabila kamu bisa menyeret Prabu Ramawijaya dan adiknya Laksmana ke hadapankui, maka kamu akan aku akui sebagai putra Dasamuka,”kata prabu Dasamuka kala itu.

Mendengar persyaratan tersebut, Trigonggo langsung keluar dari Alengka dan menuju ke gunung Suwelagiri, dalam perjalannya Trigonggo sangat panas hatinya mendengar ucapan prabu Dasamuka yang meremehkan dirinya itu. Dalam hatinya Trigonggo ingin membuktikan apabila dirinya bukanlah sembarang kethek dan dirinya akan siap untuk membawa Prabu Ramawijaya dan adikny adalam  kondisi hidup ke hadapan Prabu Dasamuka.

Pesanggrahan Suwelagiri, banyak terdapat pasukan kera yang siap siaga berjaga. Melihat situasinya Trigonggo berpikir dirinya akan susah untuk menembus benteng bertahanan penjaga wadyabala Prabu Ramawijaya tersebut. Akhirnya Trigonggo merapal ajian panyirepnya. Rupanya ajian Trigonggo sangat ampuh…hal ini dibuktikan para penjaga yang awalnya siap siaga berlalu lalang menjaga pesanggrahan, akhirnya tak lama kemudian para penjaga tersebut pada tertidur pulas akibat pengaruh aji penyirep yang di rapal oleh Trigonggo. Sementara kala itu di dalam pesanggrahan nampak Prabu Ramawijaya, Laksmana dan Anoman sedang berbincang bincang serius untuk mengambil langkah yang tepat menghadapai Prabu Dasamuka.

Akan tetapi rupanya Ramawijaya dan Laksamana juga merasakan kantuk yang luar biasa, bahkan sudah tidak tahan untuk memelekkan matanya lagi, oleh sebab itu ia minta kepada Anoman untuk berjaga-jaga agar suapaya ssesuatu yang tidak baik tidak terjadi.

Mendengar permintaan dan keluhan Prabu Ramawijaya dan Laksmana…akhirnya Anoman meminta supaya kedua junjungannya itu untuk masuk ke dalam cupu miliknya, dan Ramawijaya serta Laksmana mengangguk. Akhirnya Ramawijaya dan Laksmana bisa tertidur pulas di dalam cupu milik Anoman.

Anoman nampaknya masih terjaga dan ia segera merapal aji untuk melawan pengaruh sirep ajian milik Trigonggo. Anoman kemudian mengheningkan cipta memohon kepada Shang Hyang Kuasa untuk diberikan kurugan kaca yang sangat kuat. Tak lama kemudian Anoman tertidur dalam kurungan kaca tersebut, dan cupu miliknya yang berisi Prabu Ramawijaya dan Laksmana berada di sebelahnya.

Melihat situasi dan kondusi  yang sudah aman, Trigonggo kemudian langsung masuk pesanggrahan Suwelagiri, kemudian ia mencari keberadaan Prabu Ramawijaya dan Laksamana sesuai dengan pesan Prabu Dasamuka. Sudah menelusuri ke berbagai tempat Trigonggo belum juga menemukan keberadaan Prabu Rama dan Laksmana, yang ia jumpai hanyalah sebuah kurungan yang terbuat dari kaca.

Untuk mengetahui isi kurungan kaca tersebut, akhirnya Trigonggo mengeluarkan kesaktiannya untuk memecahkan kurungan kaca tersebut, tetapi ilmu kesaktiannya sia-sia, bahkan kurungan kaca tersebut tidak bisa di pecahkan oleh Trigonggo, akhirnya Trigonggo merubah wujugnya dan berhasil masuk ke dalam kurungan kaca tersebut.

Setelah berhasil masuk ke dalam kurungan kaca, Trigonggo kaget bukan kepalang setelah mengetahui ada sesosok makhluk yang serupa dengan dirinya yang sedang tidur di di kurungan kaca itu. Ia hampir menjerit dan mengingat siapa sebenarnya ayahnya yang selama ini ia cari cari.  Trigonggo berpikir…apakah benar Prabu Dasamuka adalah ayahnya, atau…kera putih yang tidur di hadapannya inilah ayahnya yang sebenarnya.

Di dalam kurungan kaca, Trigonggo nampak gundah sebab belum bisa mendapatkan keberadaan Prabu Ramawijaya dan Laksmana. Sementara hatinya juga galau penuh pikir…siapakah ayahnya yang sebenarnya.

Tiba-tiba Trigonggo mendengar ada suara yang berasal dari dalam cupu sebelah kera putih yang sedang tertidur, tanpa ragu lagi Trigonggo akhirnya merenggut cubu yang ada suaranya tadi dan dibawalah keluar dan secepat kilat Trigonggo langsung oncat menuju ke negeri Alengka.

K.R.T.Ki.H.Gunarto Gunotalijendro.SH.MM bersama para abdi Kraton Surakarta

Sesampainya di Alengka dan berhadapan dengan Prabu Dasamuka….Trigonggo membuka cupu yang dia bawa dari pesanggrahan Suwelagiri, dan setelah dibuka keluarlah Prabu Ramawijaya dan Laksmana…seketika melihat situasi tersebut Prabu Dasamuka sangat senang dan memuji muji Trigonggo.

“Wahai Trigonggo kau memang putraku, sepadan dengan anakku Indrajid dan Bukbis,” kata Rahwana memuji Trigonggo.

Setelah melihat keberadan Prabu Ramawijaya dan Laksmana, Prabu Dasamuka sempat meledek dan melecehkan sosok kedua satria kakak beradik tersebut, bahkan sempat menyinggung hal Dewi Sinta yang sedang merindukan jemputan dari Prabu Ramawijaya. Dalam suasana perdebatan tersebut Ramawijaya tak mau kalah melontarkan keangkuhan dan kebiadaban Prabu Dasamuka yang telah merebut istri orang dan mengorbankan banyak nyawa  rakyatnya, bahkan nyawa saudaranya yang dengan keinginan keangkaramurkaan.

Atas perintah Prabu Dasamuka, akhirnya Trigonggo membawa Prabu Ramawijaya dan Laksmana ke penjara yang lokasinya sedikit agak jauh dari negeri Alengka.

Khabar tentang tertangkapnya Ramawijaya dan adiknya Laksmana rupanya sudah tersebar sampai ke pelosok negeri Alengka, termasuk Taman Argasoka, lokasi di mana Dewi Sinta berada. Mendengar khabar tersebut, Dewi Sinta merasa sedih. Merasakan pilu hatinya, bahkan Dewi Sinta merasa tak ingin lagi melihat munculnya mentari di pagi hari yang indah. Sebab Dewi Sinta berpikir dengan tertangkapnya Prabu Ramawijaya dan Laksmana, keduanya akan di bunuh oleh Prabu Dasamuka.

Nampaknya Anoman juga sudah sampai di negeri Alengka, dan tahu apa yang sedang terjadi dengan junjungannya Prabu Ramawijaya dan Laksmana, bahkan Anoman sempat berjumpa dan bertegur sapa dengan Trijata, adik perempuan Prabu Dasamuka. Bahkan Trijata sempat memberitahukan kalau Prabu Ramawijaya dan Laksamana sedang berada di tahanan dan penjara itu dijaga oleh kera putih yang bernama Trigonggo.

Dengan ketat dan waspada Trigonggo menjaga penjara di mana Ramawijaya dan Laksmana di tahan. Bahkan Trijata, adik Prabu Dasamuka yang membawa kendi yang di dalamnya berisi Anoman pun di pertanyakan maksud dan tujuannya datang dan mau masuk ke dalam penjara berjumpa dengan tahanan.

Sebenarnya mendengar permintaan Trijata yang hanya sekedar ingin memberikan minuman kepada tahanan, Trigonggo sangat kasihan juga. Akan tetapi tata lahirnya Trigonggo masih kekeh  dalam menjalankan tugas yang diembannya, sebab tidak boleh siapaun yang diizinkan untuk measuk ke dalam penjara.

“Awas…kalau kamu masih nekad mau masuk ke dalam penjara….kau harus tanggung akibatnya,”tutur Trigonggo…sambil merebut kendi dari tangan Trijata.

Akibat saling berebut, kendi akhirnya jatuh dan pecah, dan tak di sangka oleh Trigonggo…tiba-tiba keluarlah kera putih yang serupa dengan dirinya bernama Anoman. Tanpa di perintah…mereka berdua langsung adu jotos. Perang tanding saling adu kesaktian tak dapat dihindari lagi. Nampaknya kedua kera pitih tersebut memiliki kesaktian yang tak jauh berbeda. Pertarungan kedua makhluk berujud kera putih tersebut sudah berlangsung cukup lama dan semakin seru, tetapi belum nampak tanda tanda siapa yang akan kalah atau keok.

Saat kedua kera putih tersebut sedang saling bertempur…tiba-tiba dari angkasa turunlah Batara Narada yang segera memisahkan kedua kera putih yang sedang bertempur dengan sengitnya.

“Lhaa…lolee…lole…lole…, ayo berhenti jangan pada berantem lagi,”

Dengan rasa kaget kedua kera putih tersebut akhirnya menghentikaan serangannya dan segera berdua mereka mengaturkan sembah kepada Batara Narada.

“Wahaii…kalian ketahuilah, ulun datang ke sini karena ingin menyampaikan khabar nyata. Dengar dan ketahuilah…Trigonggo, sebenarnya Anoman ini adalah ayahmu..ya ramamu, bopomu. Bukan siapa siapa lagi dan bukan orang lain. Ingat Trigonggo Dasamuka atau Rahwana itu bukan siapa-siapamu. Anoman, Trigonggo itu anakmu sendiri, ingatlah kamu pada saat berada di goa Windu, pada saat itulah dirimu diperdaya oleh Sayempraba. Tanpa kau sadari benihmu telah tertanam di dalam rahimnya. Trigonggo inilah anak Sayempraba…ya anakmu…ya darah dagingmu Anoman,” tutur Batara Narada panjang lebar kala itu.

Setelah menyampaikan khabar kasunyatan kepada anak bopo tersebut, akhirnya Batara Narada segera kembali ke khayanganjunggringsaloka. Sementara kedua kera putih yang sekarang tahu siapa mereka, akhirnya berpelukan dengan penuh kasih sayang.

Anoman dan Trigonggo akhirnya segera membebaskan Ramawijaya dan Laksmana dari penjara Alengka dan segera kembali ke pesanggrahan Suwelagiri. Trigonggo ikut ke Suwelagiri bersama boponya Anoman, Ramawijaya bersama adiknya dan Trijata kembali ke Argasoka untuk mengabarkan kepada Dewi Sinta apabila Rawawijaya dan adiknya telah bebas.

Wahh sebuah cerita dunia pakeliran yang sangat seru dan mengharukan….ayooo…kita tunggu tanggal mainnya dan kita saksikan bersama sama kiprah dalang salto sewengi ping seked ini.sampai tancap kayon.